Bangsa Portugis Membawa Agama Katolik Ke Makassar

Gereja Katedral Makassar
Gereja Katedral awal bernama Roomsch Katholieke Kerk (Sumber: www.tropenmuseum.nl)

Gereja Katolik Katedral atau Gereja Hati Kudus Yesus didirikan pada 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar. Gereja Katolik Katedral merupakan gereja tertua di kota Makassar dan di seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Awalnya keberadaan agama Katolik ke Makassar yaitu ketika pada tahun 1525 tiga orang pastor dan misionaris dari Portugal, yaitu Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao, dan seorang bruder mengunjungi Makassar. Lalu, pada tahun 1548 Pastor Vincente Viegas datang dari Malaka dan ditugaskan di Makassar. Di sana beliau melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi Katolik (Balai Arkeologi, 2013).

Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591-1638) serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada 1633. Namun, gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis tersingkir dari Makassar. Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia (19 Agustus 1660) menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar (1661).Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis. Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668. Sejak itu selama 225 tahun, tidak ada pastor yang menetap di Makassar. Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka. Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jl. Sultan Hasanuddin).

Pada 13 April 1937 wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan Prefektur Apostolik Makassar oleh Sri Paus di Roma, dan dipercayakan kepada misionaris CICM, dengan Mgr. Martens sebagai prefek. Pada tanggal 13 Mei 1948 menjadi Vikariat Apostolik Makassar, dan tanggal 3 Januari 1961 menjadi Keuskupan Agung Makassar.

Pendirian gereja erat sekali kaitannya dengan pendirian SMP Frater sebagai sarana pendidikan keuskupan di Makassar. Gereja Katedral bersama-sama dengan SMU Katolik Rajawali dan Stella Maris di bawah naungan Keuskupan Agung Makassar.

Gereja Katolik Makassar
bangunan gereja saat ini dengan tambahan menara pada saat pemugaran pertama di tahun 1938

Secara umum bangunan Gereja Katolik Katedral berdenah persegi panjang yang berorientasi timur-barat, terdiri dari bangunan utama (ruang ibadah utama) dan menara pada bagian depan (timur). Areal gereja berukuran luas 8006 m². Lingkungan gereja dibatasi oleh pagar keliling dan beragam vegetasi seperti pohon palem, cemara dan jenis tanaman perkarangan. Posisi gereja yang berada tepat di sudut jalan Kajaolalido dan Jalan Thamrin, memudahkan akses masuk dari kedua jalan tersebut.

Bagian dalam (interior) bangunan terdiri dari 4 yakni ruang ibadah utama yang luas yang memiliki sebuah altar. Bagian altar ini lebih tinggi sekitar 50 cm dari lantai ruangan utama. Terdapat dua undakan tangga menuju ke altar. Ruang altar ini bentuknya setengah segi delapan sehingga ada tiga sisi pada bagian ini serta bangunan tambahan yang bersambung dengan bagian belakang yang difungsikan sebagai ruang ibadah harian. Pada ketiga sisi bagian atas terdapat ventilasi lengkungan lancip dengan bahan kaca patri bergambar Bunda Maria, burung merpati dan salib serta Yesus. Pada sisi bagian bawah atau pada dinding bangunan tambahan tidak dapat dilihat secara utuh karena tertutupi bagian pojok do’a pada sebelah kanan belakang sehingga yang tampak hanya sisi kiri belakang. Pada bagian ini terdapat dua jendela berdaun ganda dengan hiasan garis timbul horizontal di bawahnya yang merupakan sambungan dari dinding samping.