Benteng Amsterdam, salah satu benteng VOC di Pulau Ambon yang kondisinya masih baik.
Pada tanggal 25 September 2015, Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate melaksanakan kegiatan Studi Teknis Benteng Amsterdam di Negeri (Desa) Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, atau sekitar 42 km dari Kota Ambon. Studi Teknis benteng VOC yang berada di pesisir pantai sebelah utara Pulau Ambon ini dikerjakan oleh Tim yang berjumlah 7 orang, dan dipimpin langsung oleh Bapak Laode Muhammad Aksa, Kepala BPCB Ternate. Kegiatan ini telah berlangsung selama 6 hari dari 8 hari yang direncanakan.
Dilakukan pengukuran kelembapan ruangan blokhuis benteng.
Dalam Studi Teknis Benteng Amsterdam ini dilakukan pengambilan data mengenai kondisi fisik benteng dan segala gejala kerusakannya. Tim melakukan pengukuran bangunan, mencatat gaya arsitektur dan bahan yang digunakan, mengukur kelembapan ruangan di dalam benteng, serta mencatat kerusakan dan potensi kerusakan yang ada. Data yang diperoleh ini akan dianalisa untuk keperluan pemugaran atau revitalisasi benteng ini dikemudian hari.
Pengukuran teknis tembok keliling Benteng Amsterdam.
Benteng Amsterdam ini dibangun oleh VOC dari loji milik Portugis yang diambil alih dan dirubah oleh Gubernur Jenderal VOC Jaan Ottens tahun 1637 menjadi kubu pertahanan. Kemudian diperbesar oleh Gerrad Demmer pada tahun 1642, dan dilanjutkan kembali pembangunannya oleh Gubernur Jenderal Anthony Caan tahun 1649. Akhirnya pembangunannya disempurnakan oleh tokoh antagonis dimata orang Ambon dan Lease—Arnold de Vlaming van Ouds Hoorn, pada tahun 1649-1656 dan menamakannya Benteng Amsterdam.
Bangunan benteng kolonial ini terdiri dari dua bagian yaitu sebuah blokhuis (rumah balok) berlantai tiga, dan dinding benteng yang dilengkapi 2 buah bastion mengelilinginya. Benteng ini pernah dipugar beberapa kali oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku sebelum BPCB Ternate berdiri. Menurut sejarah, Benteng Amsterdam ini pernah menjadi tempat tinggal seorang ahli botani—yang hasil penelitian tentang flora dan faunanya masih dijadikan referensi hingga sekarang, yakni Georg Evanhard Rumph atau G.E. Rumphius.