You are currently viewing Rumah Kuasa Tuhan Pedagang Cina di Banda

Rumah Kuasa Tuhan Pedagang Cina di Banda

Dalam tulisan http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmalut/klenteng-sun-thien-kong/  telah disebutkan sekilas mengenai Klenteng Sun Thien Kong di Banda Neira. Dalam buku Direktorat Sejarah  Dirjen Kebudayaan Kemdikbud yang diterbitkan di tahun 2017, terdapat beberapa info menarik yang dapat menambah pengetahuan bersama.

Sebagaimana dipaparkan sekilas di atas orang-orang Cina di Banda sangat berpegang tenguh dengan agama kepercayaan mereka, nyaris tidak ada seorang pun di Banda yang berpindah kepada kepercayaan lain. Untuk memantapkan dan melanggengkan kepercayaan dan kebudayaan mereka, di tengah kampung Cina itu dibangun klenteng. Nama klenteng itu adalah Sun Thien Kong yang berarti Rumah Kuasa Tuhan, menurut sumber Cina di Banda Neira dibangun pada akhir abad ke-16. Klenteng itu dibangun khusus dengan mendatangkan tukang-tukang dari Cina. Posisi klenteng ini pada abad ke-16 menghadap ke laut dan Pulau Gunung Api.

Klenteng dengan tembok tebal, ruang-ruangnya berderet rapi, ornamen-ornamen seperti patung dewa-dewi, meja batu sembahyang dan keramik vas bunga berukuran besar dengan warna merah serta motif flora dan fauna diimpor langsung dari Cina. Klenteng ini didirikan untuk bersembahyang kepada Tuhan sebagai rasa hormat dan terima kasih dari para pedagang yang telah diberikan berkah yang melimpah. Klenteng ini merupakan rumah ibadah para pedagang. Sebagai klenteng pedagang, terdapat kedai meminum anggur di ruang sebelah dari klenteng tersebut.

Meskipun komunitas Cina begitu taat dengan kepercayaan agama dan mempunyai klenteng untuk memantapkan keyakinan mereka terhadap kepercayaannya, tidak pernah terjadi perselisihan bahkan konflik dengan masyarakat lokal, karena kebudayaan yang berbeda. Bahkan perahu kora-kora dan belang yang dipergunakan oleh penduduk Banda untuk ritual tahunan mencuci parigi bagian cadiknya bermotif ular naga. Penggunaan ukiran naga menjelaskan pengaruh kebudayaan Cina di jalur maritime  kepulauan Banda.

Pengaruh kebudayaan Cina terhadap penduduk kepulauan Banda cukup meluas. Di masa prosesi Islamisasi di Banda Neira ada podium untuk khotbah di bagian tengahnya beraksara Cina. Podium untuk khotbah dan ceramah agama itu sudah berkali-kali diperbaiki karena dimakan usia, akan tetapi aksara Cina itu senantiasa tetap berada di sana.

Persahabatan antara komunitas pedagang Cina dengan penduduk Banda digambarkan pula dalam Hikayat Lonthor. Dalam hikayat itu dikisahkan bendera kampung adat Namasawar adalah naga Cina. Bendera itu diserahkan oleh pedagang Cina kepada penduduk Banda. Demikian pula, dengan perahu kora-kora Desa Adat Ratu dan Namasawar memakai ukiran-ukiran naga.