Klenteng ini berada di daerah pecinan di Desa Nusantara. Merupakan bangunan peribadatan bagi pemeluk agama Konghucu dan beberapa keturunan Tionghoa di Banda Naira. Belum jelas kapan klenteng ini dibangun, akan tetapi menurut tokoh Tionghoa yang sekarang menjadi pemegang kunci klenteng, Sinto Holsen (Ho Tjiau Sin), menyebutkan bahwa klenteng tersebut telah ada sebelum datangnya Bangsa Eropa masuk di Banda Naira. Seperti yang telah diketahui bahwa Bangsa Tionghoa memang lebih dahulu menjalin kerjasama perdagangan dengan rakyat Banda dan bermukim di Banda Naira.
Terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan samping dan sumur. Bangunan utama merupakan bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat peribadatan terdiri dari bagian provan dan bagian sakral. Bagian provan berupa teras, sedangkan bagian sakral terdapat tiga altar pemujaan dewa. Altar yang di tengah merupakan altar pemujaan dewa utama yakni Dewi Kwan Im, sedangkan di kanan-kiri merupakan dewa sekunder.
Pada bangunan samping tidak terlalu jelas fungsinya karena sebagian besar atap bangunan telah runtuh, bangunan berbentuk persegi panjang dengan atap berbentuk atap miring. Terdiri dari dua ruangan dengan setiap ruangan terdapat satu pintu dan dua jendela. Pada salah satu ruangan yang masih tersisa, ruangan tersebut dijadikan sebagai gudang. Sedangkan bangunan sumur saat ini tidak digunakan lagi karena sumur telah tertutup dan sudah tidak berfungsi.
Secara umum, tiang-tiang pada bangunan ini dihiasi dengan ornamen-ornamen khas Tionghoa termasuk pada atap dan lisplang. Warna merah dominan digunakan pada bangunan ini, selain warna merah juga terdapat warna emas dan hijau. Warna-warna tersebut memang umum digunakan pada bangunan yang bercorak Tionghoa terutama pada bangunan klenteng.