Toloa berasal dari kata ‘To’ dan ‘Loa’ yang artinya meluruskan kampung (kase lurus kampong). Setelah Mareku, pusat Kesultanan Tidore berpindah ke Toloa akibat tekanan politik dari Ternate dan Portugis, dengan pusat pemerintahannya adalah Kedaton Bijinegara yang kini hanya berupa tinggalan struktur batu di antara perkebunan cengkeh dan pala masyarakat sekitar. Yang menarik dari Kampung Tua Toloa ini selain tercatat dalam sejarah dengan Kedaton Bijinegara, adalah adanya pengrajin pandai besi yang turun temurun hingga kini bahkan menurut informan persenjataan Kesultanan Tidore dulunya dibuat oleh pandai besi di sini seperti tombak, anak panah, peda (parang) dll. Namun seiring perkembangannya jenis produksi tadi mengalami sedikit perubahan sesuai kebutuhan masa kini yaitu hanya memproduksi alat-alat rumah tanggga (parang, pisau, alat parut kelapa dll). Bahan baku ini diperoleh dari penjual besi tua. Sayangnya pengrajin pandai besi dari tahun ke tahun mengalami penurunan akibat zaman modernisasi.
Proses pembuatannya hingga kini masih sangat sederhana yaitu perapian dibuat dengan menggunakan pompa dari batang kayu yang dilubang dan dirakit lalu digayung dengan kedua kaki, serta proses pembentukan alat dilakukan dengan proses ditempa. Alat-alat yang digunakan sebagian masih sederhana namun sebagian menggunakan alat/cetakan dari pabrikan. Terdapat 4 kelompok pandai besi yang masih eksis mengerjakan peralatan rumah tangga dan kebun sesuai pemesanan. Kegiatan pandai besi ini dilakukan secara turun-temurun dan masih berlangsung hingga sekarang. Menurut informan kegiatan pandai besi ini sudah ada sejak masa peralihan dari zaman batu ke besi. Dimana lokasinya merupakan salah satu kawasan kampung tua Toloa di masa lalu.
Tidak terlihat seperti perkampungan lama dikarenakan sudah tidak adanya bangunan-bangunan tua. Namun, kampung ini masih memiliki sisa-sisa struktur benteng/Kedaton Bijinegara serta pandai besinya sebagai bukti sejarah perkampungan tua di kampung ini.