You are currently viewing Gereja Beth Eden

Gereja Beth Eden

Gereja Beth Eden dibangun pada tahun 1750 oleh Josafat Holle, penduduk asli Desa Ameth. Beth Eden sendiri berarti membawa berkat. Namun sayangnya pada akhir abad ke-18 terjadi gempa bumi besar yang meluluh lantakkan hampir seluruh Kepulauan Maluku termasuk bangunan gereja ini. Terbukti, dinding tembok mengalami keretakan dan sebagian menjadi runtuh, sehingga diputuskan untuk memperbaiki bangunan ibadah ini.

Bagian dalam Gereja Beth Eden

Pemugaran gereja dilakukan pada masa pemerintahan Raja Dominggus Tuwanakotta (1866 – 1918) dan memakan waktu selama 6 tahun dari 1906 sampai 1912. Tembok gereja diganti dengan papan akan tetapi tidak merubah bentuk dan konstruksi bangunan. Peresmian perbaikan gereja pada tanggal 16 November 1912, ini tertera pada prasasti gedung gereja yang terletak di sebelah kiri pintu masuk bagian selatan. Hingga saat ini, bangunan masih tetap diperuntukkan sebagai tempat ibadah.

Berikut adalah keterangan pada prasasti tersebut :

BETH.EDEN

DIPEROES : PADA 10_6_1906

OLEH

RADJA A. TUWANKOTTA

DAN KAPALA2 SOA

T: KAJOE A. HOLLE DAN KENCHT2

T: BATOE E. MANDUAP : DAN KNECHT2

DAN BALA2 DI AMETH

DITAHB. PADA 16_11_1912

OLEH

PENDETA A.v.d. LINDEN

DAN 4 GOEROE AGAMA

Salah satu jendela yang masih asli berbentuk segi delapan

Gereja ini sudah mengalami 2 kali pemugaran seperti prasasti yang dibuat. Pemugaran pertama dilakukan dan diresmikan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku pada tanggal 19 November 1989. Pemugaran terakhir dikerjakan mulai tanggal 29 Maret 2009 dan selesai tanggal 20 Desember 2009 oleh para tukang :

  1. Layan (Kepala Tukang)
  2. Mairuhu
  3. Pattinasarany
  4. Pattinasarany
  5. Pattinasarany
  6. Sitaniapessy
  7. Wairissal
  8. Molle
  9. Simatauw
  10. Mairuhu
  11. Manuhua
  12. Parinussa
  13. Pattiasina
  14. Maipauw
  15. Husepuny
  16. Sitaniapessy
  17. Picauly
  18. Pattianakota
  19. Aponno
  20. Mairuhu
  21. Pelupessy
  22. Kakiaylatu
  23. Mairuhu
  24. Wairisal
  25. Mailoa
  26. Parinussa
  27. Sopacua
  28. Berhitu
  29. Soumokil
  30. Manduapessy
  31. Soumokil
  32. Turubassa
  33. Ayawaila
  34. Samallo
  35. Manduapessy

Gereja dengan bentuk segi delapan ini, secara keseluruhan dapat dikatakan dalam kondisi yang cukup baik. Terdapat beberapa catatan seperti bentuk masih menyerupai aslinya, namun bahan dari pagar sudah diganti (hanya bentuknya saja yang masih dipertahankan). Beberapa dinding, catnya sudah mengelupas. Kemudian ada juga engsel pintu yang rusak. Besi-besi pada ventilasi juga walaupun sudah dicat ulang, tapi tampak berkarat.