You are currently viewing Benteng Portugis Terbesar di Asia Tenggara
Lukisan Benteng Kastela

Benteng Portugis Terbesar di Asia Tenggara

Ilustrasi Benteng KastelaIlustrasi Benteng Kastela yang dibangun Pada 1540 di Pulau Ternate

Benteng Kastela terletak di Kelurahan Kastela, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, yang secara administratif berbatasan dengan Kelurahan Jambula dan Kelurahan Rua. Pada titik koordinat GPS, benteng yang kini ada di sekitar 100 meter dari garis pantai Kastela berada pada N 000 45′ 67,2″ S 1270 18′ 72,4″. Pada hakekatnya situs ini merupakan kawasan pertahanan fisik serta permukiman militer yang dibangun oleh Portugis di awal abad ke-16 masehi dalam mengantisipasi kehadiran kekuatan Spanyol yang berada di Pulau Tidore. Namun letak geografisnya yang strategis menjadikan benteng ini juga berfungsi ganda sebagai pintu gerbang permukiman masyarakat Ternate yang terletak di Foramadiahi, di daerah ketinggian di belakang benteng sekaligus pengontrol lalu lintas masuk keluar aktivitas masyarakat Ternate. Benteng ini memiliki denah empat persegi panjang dengan memiliki fasilitas permukiman dan pertahanan berupa perumahan dan sarana peribadatan (gereja) serta bastion di setiap sudut dan beberapa sisi temboknya.

KastelaEksistingPeta Citra Eksisting Benteng Kastela

Menurut catatan sejarah, pada tahun 1520, armada Portugis tiba di kota ini dan diterima dengan baik dan menjalin kerjasama dagang dengan Sultan saat itu. Portugis kemudian mengajukan permohonan untuk mendirikan benteng sebagai pos dagang dan tempat tinggal bagi mereka. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan dan segera pada tahun 1522, Portugis memulai pembangunan benteng mereka. Antonio de Brito, Gubernur koloni Portugis di Ternate, adalah orang yang mempelopori pembangunan benteng ini. Kemudian Ia digantikan oleh Garcia Henriquez pada tahun 1525 dan melanjutkan proyek pembangunan benteng tersebut. Lima tahun kemudian Goncalo Pereira naik menggantikan Henriquez. Benteng ini rampung pada masa kepemimpinan Jorge de Castro pada tahun 1540 dan diberi nama Nostra Senora del Rosario atau kemudian lebih dikenal dengan nama Benteng Gam Lamo atau Benteng Kastela.

Benteng Kastela menjadi tempat pembunuhan salah seorang Sultan Ternate yang bernama Sultan Khairun, yaitu Sultan Ternat ke-24. Diego Lopez de Mosquita, Gubernur Portugis ke-18, mengundang Sultan Khairun untuk datang ke Benteng Kastela dengan perihal ingin membicarakan keberlanjutan kerjasama antara Kesultanan Ternate dan Portugis selama ini. Pada tanggal 27 Februari 1570, Sultan Khairun menerima undangan tersebut dan datang ke benteng Portugis itu. Dalam perjamuan makan di dalam benteng itu, Mosquita kemudian mengutarakan kesepakatan baru yang ternyata tidak disetujui oleh Sultan. Hal ini membuat Mosquita kemudian memerintahkan anak buahnya yang bernama Antonio Pimental untuk membunuh Sultan Khairun saat itu juga.

Tugu Cengkeh di Benteng KastelaTugu Cengkeh dibangun di area wisata Benteng Kastela. Tugu ini terdapat relief-relief untuk memperingati terbunuhnya Sultan Khairun dan Perjuangan Sultan Baabullah mengusir Portugis dari Pulau Ternate

Sultan Baabullah, putra dari Sultan Khairun, kemudian membalaskan dendam atas pembunuhan ayahnya dengan menggerakkan pasukannya untuk mengepung Benteng Kastela. Perang pun tak terhindarkan dan berlangsung kurang lebih selama lima tahun, hingga akhirnya pada tahun 1575, Portugis menyerah dan segera meninggalkan Pulau Ternate.