Workshop publikasi dan dokumentasi Cagar Budaya telah usai digelar 7-9 Juli 2018 silam, tapi dampaknya cukup dirasakan oleh berbagai anggota komunitas serta dinas-dinas yang menjadi perwakilan. Narasumber yang dihadirkan pun sangat apik dalam membagikan materi yang relevan dengan tema dan peserta. Mengambil tema pulau 1000 benteng, narasumber yang seluruhnya berasal dari Jakarta yaitu Idham B. Setiadi, Tagor M. Siagian, Abang Edwin S. Agustin serta Dede Atun Munawaroh mencoba membuat peserta menyadari potensi daerahnya sendiri, mampu menggali dan dapat mempublikasikannya di media sosial.
Media sosial tentunya di masa sekarang adalah salah satu elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketika batas dan jarak tidak lagi menjadi suatu halangan dalam berbagi informasi, kekuatan inilah yang dapat digunakan sebagai salah satu media publikasi Cagar Budaya. Terutama Cagar Budaya seperti benteng yang tersebar di pulau-pulau yang tentunya memiliki riwayat dan sejarah penting bagi bangsa ini. Maka sangat lazim jika kawasan ini disebut sebagai Pulau Seribu Benteng, sebuah pesona dari masa lalu yang tidak bisa terbantahkan.
Kegiatan workshop ini terdiri dari beberapa materi tentang Indonesiana untuk wilayah Maluku Utara; Manfaat Media Sosial, Perbedaan dan Fungsi Media Sosial serta Dasar-Dasar Penggunaan Media Sosial ; Fotografi untuk Kegiatan Budaya serta Kota Bahari Warisan Dunia UNESCO. Selain itu, peserta juga telah mendapatkan pengalaman tidak hanya berkunjung ke beberapa benteng tetapi juga belajar mengumpulkan data dan selanjutnya diolah sesuai format media sosial. Terbukti teman-teman komunitas mampu menghasilkan data yang diolah secara baik dan dipresentasikan di hadapan narasumber. Dalam waktu yang singkat, peserta tampak mengapresiasi tujuan dari kegiatan ini. Hal ini dapat dilihat dari isian kuisioner yang telah dijawab oleh peserta. Bahkan banyak harapan dari peserta, agar kegiatan serupa dapat sering diadakan di Ternate.