Kampung Rum sebagai ibukota Kesultanan Tidore telah diceritakan dalam berbagai versi. Namun bukti sejarah yang dapat dijadikan acuan masih sangat minim. Berdasarkan penelusuran data-data penelitian sebelumnya, buku, wawancara dan survei, didapatkan beberapa versi cerita mengenai Rum antara lain :
a. Pada masa pemerintahan Muhammad Nakel tahun 1108, Rum merupakan ibu kota Tidore yang pertama. Kedaton Kesultanannya diberi nama Kedaton (Selawaring), yang diperkuat dengan adanya benteng pertahanan yaitu Benteng Rum. Pada masa pemerintahan Sultan Syaifudin Kaicil Tahun 1657 ibu kota Rum di pindahkan ke Toloa, dan pada sekitar 1674 pindah ke Limau Timore atau kini dikenal dengan Soa Sio. Perpindahan kesultanan Tidore disebabkan oleh wilayah Rum yang posisinya sangat berdekatan dengan Ternate yang saat itu sering terlibat perang dengan Tidore.
b. Versi lain mengisahkan bahwa Kesultanan Tidore di Rum dipimpin oleh Sultan yang bernama Sultan Balibunga. Nama Kampung Rum Balibunga yang berada di sekitar pelabuhan speed boat saat ini, diabadikan dari nama sultan yang pernah memerintah di Rum. Sebagai pertahanan paling depan, Rum saat itu selalu mendapat serangan dan dianggap tidak aman, maka sultan kemudian memindahkan kedaton ke Limau Marimanyeku atau yang lebih dikenal dengan nama Kelurahan Mareku. Selanjutnya Mareku dianggap tidak aman lagi, maka dipindahkan ke Toloa, hingga kemudian dipindahkan lagi ke Soa Sio, sekarang menjadi Ibu kota Tidore Kepulauan.
c. Pada awal abad ke–13 berdiri Kadato Sela Waring (Pelepah beringin) di Rum. Bangunannya terbuat dari bambu dan beratapkan ilalang, bentuk dan bahannya tidak beda jauh dengan kadato-kadato sebelumnya. Setelah Sultan Mansur naik tahta, Kadato Sela Waring diperbaiki dan difungsikan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Tidore.
d. Dalam bukunya Adnan Amal yang mengambil referensi dari arsip Belanda (Valentijn-Keyzer), dikisahkan bahwa ‘Kerajaan Tidore pada mulanya terletak di pegunungan Batu Cina, sebelah selatan Dodinga’. Kapan berdiri dan siapa raja yang pertama serta kepindahan ke Tidore, Valentijn tidak membeberkan secara pasti. Dalam catatan Sejarah Kesultanan Tidore tidak disinggung sama sekali Dodinga sebagai pusat kesultanan Tidore. Dalam Catatan Kesultanan Tidore menyebutkan berdirinya Kerajaan Tidore terhitung sejak Jou Kolano Sah Jati naik tahta pada tanggal 12 Rabiul Awal 502 H/1108 M. Tidak disebutkan di lokasi mana pusat pemerintahannya dikendalikan.
Valentijn juga menjelaskan dua kolano yang bertahta di Tidore pada paruh pertama abad ke-14: pertama adalah Nuruddin (1334), dan kedua adalah Hasan Syah (1373). Kedua kolano ini belum menggunakan gelar sultan,sekalipun dapat dipastikan bahwa agama islam telah masuk ke dalam lingkungan kerajaan Tidore. Baru pada raja ke-4, Jou kolano Bunga Mabunga Balibunga (Raja Bali Bunga) membangun pemukiman di sebuah tempat yang diberi nama Balibunga. Ada yang menyebutkan Balibunga berada di Utara Tidore (Kelurahan Rum sekarang). Ada pula menyebut di daerah pedalaman Tidore Selatan.