Kelenteng Thien Gie Kong

0
4177

81Kelenteng Thien Gie Kong dibangun pada 1905, di dekat pertemuan muara sungai Mumus dengan sungai Mahakam, kota Samarinda. Lokasi kelentang beralamat di Jl. Yos Sudarso no.21 (seberang pelabuhan peti kemas) Samarinda, Kalimantan Timur

Kelenteng Thian Gie Kiong merupakan tempat persujudan / persembahan bagi Dewi/Makco Thian Siang Sing Bo, Dewa/Kongco Hian Thian Siang Te dan Dewa Kwan Sing Tee Kun serta para suci lainnya. Bangunan kelenteng didirikan atas swadaya masyarakat etnis tionghoa atas prakarsa Bapak Letenan Oey Kun Khue Gwan yang melihat aspirasi dan mendapat persetujuan khalayak ramai masyarakat Tionghoa untuk menggunakan dana yang dihimpun dari masyarakat Tionghoa sebesar 50.000 golden sebagai keperluan pembangunan kelenteng.

Menurut catatan sejarah, pada zaman pendudukan Jepang, kelenteng ini pernah nyaris hancur terkena ledakan bom, saat Jepang ingin menghancurkan pabrik pengolahan minyak goreng yang berada tepat di belakang kelenteng.

Ada dua ekor naga yang menjaga bola api di atas atap bangunan yang didominasi warna merah ini. Delapan tiang menyangga bagian teras, dua di antaranya berhias ukiran awan dan naga. Uniknya, tak hanya melingkari tiang namun naga ini seperti merentangkan kedua tangan dengan satu kaki menendang ke depan. Seakan-akan sedang melakukan jurus naga sakti menendang awan.

82Bangunan kelenteng berarsitektur khas Tionghoa, ada bagian yang terbuka di bagian tengah. Ruangan ini berfungsi sebagai ventilasi ketika upacara-upacara ibadah berlangsung karena asap dari hio yang dinyalakan akan mengepul tanpa henti. Di sisi kanan dan kiri ada tempat-tempat untuk berdoa. Sedangkan meja altar besar, tempat meletakkan sesaji di depan patung Dewi Kwan Im berada di bagian utama yang luas dengan langit-langit tinggi.

Pada meja di teras kelenteng, diletakkan sebuah tandu kayu berukir yang dicat warna-warni. Sebuah ornamen bunga lotus yang masih kuncup menghias di puncak atapnya. Pada waktu-waktu tertentu, patung Dewi Kwan Im akan diarak keliling menggunakan tandu ini.

Semua tiang penyangga di bagian dalam kelenteng dicat hitam dengan tulisan Cina berwarna emas. Ada lukisan dan relief ukiran hampir di setiap dinding dan pintu. Dinding, tiang-tiang, dan bumbungan atap bangunan kelenteng ini masih menggunakan kayu, teknik penyambungannya adalah dengan menggunakan pasak kayu. Di luar kelenteng, ada taman yang dipenuhi patung-patung yang tampaknya dibuat dengan ‘gaya masa kini’. Taman patung ini berisi tokoh ‘Perjalanan ke Barat’, yaitu Xuanzang (Pendeta Tong) ‐guru pendeta yang menaiki kuda putih, Sun Wokong (Sun Go Kong) ‐raja kera yang sakti, Zhi Bajie (Tie Pat Kay) ‐manusia berwajah babi, dan Sha Wujing (Sam Cheng) ‐rahib pengembara. Dalam kisahnya mereka harus pergi ke ke barat dalam perjalanan penebusan dosa dan membawa kembali kitab suci. Melewati 14 musim panas, 14 musim dingin, dan puluhan kali menghadapi bahaya gangguan dari siluman dan setan-setan. Selain keempat tokoh tersebut, ada juga dua buah patung naga, dan Dewi Kwan Im.