Temuan Struktur Bata Di Ruas Jalan Tol Malang

0
837

Berawal dari laporan Restu Respati yang menemukan bata kuno di Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Kepala BPCB Jatim telah melakukan penanganan yaitu dengan memerintahkan Koordinator Juru Pelihara Malang, Haryoto, untuk mengecek kebenaran informasi dan melakukan koordinasi dengan Polsek Pakis untuk mengamankan temuan, dan juga memerintahkan tim Unit Kerja Penyelamatan dan Pengamanan untuk meninjau lokasi temuan

Sulirmanto, Kepala Desa Sekarpuro, mendapatkan informasi bahwa di lokasi tersebut juga ditemukan uang kuno dalam wadah, uang tersebut berbentuk bulat pipih dan berlubang di tengahnya. Temuan tersebut telah dibawa oleh orang luar (bukan penduduk desa Sekarpuro). Menurutnya lokasi temuan dahulu adalah punden desa bernama Punden Mbah Semeno, tokoh babat alas Desa Sekarpuro, masyarakat masih sering berkunjung (nyekar) bila ada hajat tertentu. Punden itu masih dianggap angker karena menurutnya banyak kejadian gaib yang dialami masyarakat.

Saat ini terlihat bahwa struktur bata tersebut menggantung di pinggir tebing tanah dan telah terpotong atau rusak akibat kegiatan pembuatan jalan tol tersebut. Dari struktur bata yang tersingkap, diketahui bahwa struktur bata tersebut melintang arah Barat Daya – Timur Laut, namun terpotong proyek jalan. Dimungkinkan masih terdapat potensi struktur bata yang berlanjut mengarah ke arah Barat Daya, dengan pertimbangan bahwa kondisi tanah eksisting di bagian barat dari jalur jalan tol masih utuh.

Dari singkapan yang ada, diketahui bahwa struktur bata tersebut memiliki bentuk persegi dengan dimensi lebar yang nampak adalah 205 cm, dan tinggi yang nampak adalah 110 cm, yang tersusun atas 15 lapis bata. Struktur bata dimungkinkan masih berlanjut ke arah Barat Daya karena level tanah eksisting masih belum direndahkan, sedangkan sisi Timur Laut sudah terpotong dan tidak dapat lagi ditemukan.

Saat kegiatan peninjauan, ditemukan pula dua fragmen porcelin, yang merupakan fragmen tutup guci dan fragmen sendok. Berdasarkan analisis sementara, di duga porcelin ini berasal dari masa Dinasti Ming. Fragmen tutup guci dibuat dengan bahan dengan tingkat kerapat yang halus dan berwarna biru muda. Warna ini sementara ini sangat jarang ditemukan dalam artefak-artefak porcelin di Jawa Timur. Sementara itu, sendok porcelin baru diproduksi dan digunakan pada masa Dinasti Ming. Dalam kegiatan peninjauan dilakukan pula survey permukaan di sekitar lokasi temuan. Dalam kegiatan ini ditemukan adanya indikasi konsentrasi bata dan fragmen tembikar dalam radius 50 meter dari lokasi temuan struktur bata.

Kegiatan peninjauan temuan struktur bata yang berada di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupeten Malang telah berhasil mengindentifikasi satu buah struktur bata kuno yang terpotong atau rusak akibat proyek pembuatan jalan tol ruas Malang-Pandaan. Pertanyaan awal dari proses identifikasi ini adalah menemu kenali objek dan menganalisanya dari tiga aspek, yaitu aspek bahan, bentuk, dan teknik pengerjaan. Ketiga aspek tersebut kemudian digunakan untuk menarik interpretasi mengenai fungsi dan masa dari objek, yang selanjutnya digunakan untuk menjawab tujuan dari kegiatan ini, yaitu menentukan apakah objek tersebut memenuhi kriteria sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu, kegiatan ini juga mengumpulkan data yang terkait dengan aspek pelindungan dari objek, sehingga kemudian dapat digunakan untuk merumuskan usulan rekomendasi mengenai langkah-langkah pelestariannya.

Berdasarkan pengamatan terhadap struktur bata dapat dikatakan bahwa bahan penyusun struktur bata keseluruhannya dibentuk dari bata yang memiliki ukuran dimensi dalam kondisi utuh dengan panjang 35-38 cm, lebar 20-25 cm, dan tebal 6-8 cm. Struktur bata saat ini berada di pinggir tebing akibat adanya pengerukan lahan untuk memperendah level eksisting permukaan tanah lebih rendah 3 meter dari level permukaan tanah eksisting yang berada pada 486 m dpl. Berdasarkan teknik pengerjaan, struktur bata dibentuk dengan teknik bata gosok, sehingga ikatan komponen bata dari struktur bata lebih kokoh antara bata satu dengan yang lain karena masing-masing komponen bata saling melekat tanpa memiliki spesi / nat. Teknik ini cocok bila diterapkan pada struktur yang dibuat dengan fungsi yang berhubungan dengan air, seperti petirtaan dan saluran air.

Berdasarkan pengamatan dari aspek bentuk, dapat dikatakan bahwa struktur bata membentuk semacam dinding yang membentang arah barat daya– timur laut, dan kemungkinan besar struktur tersebut masih berlanjut dan lebih panjang dari pada yang nampak saat ini ke arah barat daya, sedangkan struktur yang mengarah ke timur laut sudah rusak atau hilang akibat kegiatan proyek pembangunan jalan tol. Dengan kata lain, sruktur bata kemungkinan masih memiliki kelanjutan bentangan struktur yang perlu diungkap lebih lanjut ke arah barat daya.

Pengamatan juga dilakukan terhadap potensi sebaran temuan permukaan yang berada di sekitar temuan struktur bata. Dalam radius 50 meter ditemukan pula konsentrasi fragmen bata dan fragmen tembikar yang berada di sisi tenggara dari lokasi temuan. Berdasarkan pengamatan terhadap stratigrafi tanah yang nampak dari hasil pengerukan tanah jalan tol, maka nampak bahwa lapisan tanah di lokasi di dominasi oleh lapisan lempung pasiran yang berwarna coklat kemerahan, dengan tekstur kasar, kekerasan sedang. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa struktur bata dan lapisan budaya yang merupakan satu konteks dengannya berada di level 486 m dpl.

Berdasarkan hasil identifikasi tersebut di atas, dapat ditarik suatu interpretasi sebagai berikut :

  1. Struktur bata yang ditemukan di lahan pengerjaan jalan tol ruas Malang-Pandaan yang berada di wilayah Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupeten Malang merupakan bagian dinding kuno yang memiliki arah orientasi barat daya – timur laut, dan kemungkinan besar masih berlanjut mengarah pada suatu struktur lain yang lebih luas dan besar di arah barat daya yang berada pada permukaan tanah di ketinggian 486 m dpl.
  2. Terkait dengan ukuran bata yang menyusun struktur bata tersebut, yang memiliki panjang 35-38 cm, lebar 20-25 cm, dan tebal 6-8 cm menujukkan dimensi yang lebih besar dengan ukuran bata yang ditemukan di situs-situs Trowulan. Dengan demikian, dapat disimpulkan sementara bahwa struktur bata tersebut berasal dari masa pra Majapahit dan berlangsung hingga masa Majapahit. Hasil analisis sementara dari fragmen porcelin nampak bahwa temuan porcelin berasal dari masa Dinasti Ming abad 15 Masehi.
  3. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut di atas, maka temuan struktur saluran air bata kuno tersebut memenuhi kriteria sebagai cagar budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. (Lap.Perkembangan-Wicaksono Dwi Nugroho)
                       Temuan fragmen porcelin

                       Kenampakan struktur bata