Konservasi Candi Kidal (Jenis dan Bahan Penyusun Material Cagar Budaya)

0
994

Material penyusun benda cagar budaya biasanya tergantung pada letak daerah dimana cagar budaya tersebut berada. Cagar budaya yang terletak pada daerah yang berbatu kapur, maka bahan penyusunnya banyak berasal dari batu kapur atau combong. Cagar budaya yang terletak pada daerah pegunungan material penyusunnya lebih banyak dari batu andesit, seperti pada Candi Kidal, sedangkan untuk cagar budaya yang letaknya jauh dari keduanya biasanya menggunakan material bata.

Batu andhesit merupakan batuan yang terbentuk dari pembekuan lava. Batu Andesit biasanya berwarna abu – abu, hijau, merah atau jingga. Batu Andesit memiliki tekstur dan permukaan halus namun tidak massive, artinya baru ini memiliki rongga atau lubang udara. Batu Andesit sering dimanfaatkan untuk membuat batu nisan, candi, arca atau hiasan. Batu andesit memilii tingkat kekerasan 4-6 skala mohs, nilai kekerasan 6 skala mohs didapat pada batuan yang tekstur permukaannya halus (pori-pori batu kecil), sedangkan nilai kekerasan 4 skala mohs didapat dari batu andesit yang permukaannya kasar. Karakteristik batuan juga mempengaruhi pertumbuhan jasad biotis jenis lumut, batuan yang memiliki tingkat kekerasan 4 skala mohs mudah ditumbuhi lumut. Batuan yang memiliki tingkat kekerasan 4 skala mohs memiliki porositas yang tinggi, sehingga mudah menyerap air.

Berdasarkan pengamatan dilapangan batuan penyusun Candi Kidal adalah dari batu beku berjenis batu andesit. Batuan ini memiliki kandungan silika yang berada di antara 52 – 66 %. Jenis batuan ini termasuk dalam kategori batuan intermedia (batuan menengah). Secara fisik dikenal dengan ciri-ciri berwarna   abu-abu terang tetapi sering merah atau jingga, permukaan kasar dan tingkat porositasnya berkisar di antara 14 – 30 %, (Sadirin, 2013).