You are currently viewing Tehnologi Kriya Logam, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Tehnologi Kriya Logam, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Berdasrkan temuan arkeologis yang diperoleh di Jawa Tengah, diketahui bahwa jenis logam umum digunakan untuk berbagi benda adalah perunggu, besi, emas dan perak. Namun, dalam sumber-sumber tertulis pada masa Jawa Kuna disebutkan pula adanya Pande Tamwaga (Orang yang membuat benda-benda dari tembaga) dan Pande Gangsa (Orang yang membuat benda-benda dari kuningan). selain pande tamra (Perunggu), pande wsi (besi), pande mas (Emas), serta pande pirak (Perak). Dengan demikian, berarti logam tembaga dan kuningan sebenarnya juga sudah dikenal, tetapi mungkin tidak populer, dan temuannya juga baru dikenal pada masa Jawa Kuna. Bukti lain bahwa tembaga sebenarnya sudah dikenal adalah melalui penggunaan perunggu, karena perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dan timah.

Bukti arkeologis di Indonesia menunjukan bahwa perunggu merupkan jenis logam tertua dan paling banyak digunakan. Akan tetapi, kemungkinan besar penggunaannya bersamaan pula dengan penggunaan besi, sehingga dikenal istilah jaman perunggu-besi, untuk menyebut masa logam awal di Indonesia. Penggunan logam emas kemungkinan juga sama tuanya dengan penggunaan perunggu. Akan tetapi karena emas hanya digunakan secara terbatas, yaitu hanya untuk benda-benda yang mempunayi nilai simbolik-religius, maka emas tampak muncul lebih kemudian dari pada perunggu. Pada masa klasik, hanya logam emas, perak, dan perunggu saja yang digunakan untuk bahan pembuat arca. Logam yang lain, misalnya kuningan, tembaga, dan besi banyak digunakan untuk berbagai macam benda, selain arca.

Bahan logam yang digunakan dapat berupa biji logam ataupun materi daur ulang, yaitu benda logam yang sudah tidak terpakai dilebur atau ditempa kembali untuk dibentuk menjadi benda baru. Beberapa sumber menyebutkan bahwa bahan-bahan logam tersebut diperdagangkan dalam bentuk ingor hasil cetakan biji logam sesudah dilebur. Ingor tersebut berbentuk dan sebesar kancing. Akan tetapi sumber-sumber tertulis masa Jawa Kuna menyebutkan bahwa bahan logam emas diperdagangkan dalam bentuk serbuk, cairan ( mas drawa, mas ajur, tatur, hema drawa, kanaka drawa ), atau lembaran (pattra, parada, parahos).

Secara garis besar teknik pembuatan benda-benda logam dapat dibedakan menjadi teknik cetak dan teknik tempa. Terdapat dua jenis teknik cetak benda logam, yaitu dengan menggunakan cetakan dan dengan menggunakan model lilin. Teknik cetak dengan menggunakan cetakan, baik cetakan tunggal (single mould) maupun cetakan setangkup (bivalve), digunakan untuk membuat benda-benda logam yang memerlukan detail rumit, misalnya arca logam. Teknik tempa digunakan untuk membuat peralatan logam yang masif dan mempunyai bagian yang tajam, contohnya senjata dan peralatan pertanian. Teknik lain yang dikenal dalam pembuatan benda-benda logam adalah yang disebut reasing, yaitu teknik yang digunakan untuk membuat benda logam yang dibentuk dari lembaran metal. Caranya adalah dengan membentuk lembaran logam, misalnya dari emas atau perak, dengan cara menekan dan memukul secara lembut lembaran tersebut sampai bentuk yang dikehendaki diperoleh.

Selain teknik pembentukan benda logam, juga dikenal beberapa teknik menghias benda logam, yaitu yang disebut flat chasing, embossing, serta granulating. Flat Chasing merupakan teknik membut dekorasi pada lembaran logam dengan menggunakan alat gores semacam paku halus dan palu. Palu dipukulkan pada alat gores untuk menghasilkan luka pada lembaran logam dengan pola seperti yang diinginkan. Emborsing adalah teknik membuat hiasan timbul pada benda logam, sedangkan granulating adalah teknik membuat dekorasi pada benda logam dengan cara menempelkan butiran-butiran logam. Teknik yang digunakan untuk menempelkan butiran-butiran tersebut dengan cara dipatri. Selain patri, cara penyambung logam juga dapat dilakukan dengan teknik castingon, yaitu cara menyambung logam dengan cara memanaskan kedua bagian yang hendak disambung. Dalam kondisi yang masih panas, bagian yang hendak disambung saling ditempelkan, dan ketika dingin kedua bagian tersebut akan menyatu.