You are currently viewing Supardji, Sang Spesialis Penampil Candi

Supardji, Sang Spesialis Penampil Candi

Setiap pagi ia harus mengayuh sepeda tuanya dari rumah sampai Candi Sewu yang berjarak 6 km. Sebenarnya, pria yang telah bekerja di Candi Sewu sejak tahun 1992 ini sampai sekarang belum diangkat sebagai PNS dan menjalani pekerjaannya sebagai kontrak juru pelihara di Candi Sewu. Kemungkinan besar, tahun ini ia akan pensiun dari pekerjaannya mengingat usianya yang sudah tua. Namun, Supardji tetap bersemangat dan tetap sumeh (murah senyum). Walaupun dia harus melaksanakan tugasnya sebagai juru pelihara, pikirannya tetap fokus di pencari batu candi. Sampai begitu menyatunya dengan batu, Supardji pernah terbawa pikiran tentang batu hingga rumah dan akhirnya balik ke Candi Sewu hanya untuk memindahkan bongkahan batu itu. Ia sangat khawatir kalau batu yang ia temui saat bekerja akan dipindahkan oleh orang lain.

Supardji berbeda dengan pencari batu yang lain, ia selalu menggunakan meteran kayu untuk mengukur batu yang dicarinya. Pria kelahiran Klaten tanggal 10 November 1953 ini mempunyai bakat dibagian pencari batu, karena ayahnya dulu seorang pencari batu candi namun harus keluar karena penghasilan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Ayahnya kemudian membuka tempat jahit dan laris. Supardji sangat terampil dalam mencari susunan candi di bagian penampil. Bahkan, apabila ia disuruh untuk mencari pecahan dari batu penampil, ia akan sering menemukannya. Menurutnya, ia sangat terinspirasi oleh Saino (pensiunan pencari batu). Suatu hari, Saino pernah menyuruhnya untuk mencari bongkahan batu untuk bagian penampil “Golekana penampil pak, candi ki nek penampile anyar lak elek”. (Carikan penampil pak, candi itu kalau penampilnya baru kan jelek).Benar saja, apabila candi yang megah itu penampilnya baru terlihat kurang bagus. Jadi, selama ia mencari batu, ia selalu mengutamakan bagian penampilnya. Menurutnya, penampil adalah bagian muka atau wajah dari candi yang dilihat orang untuk pertama kalinya.

Selain itu, pria lulusan SMP Islam Prambanan ini  mempunyai kebiasaan yang unik apabila ia dipusingkan dengan pikirannya tentang batu. Supardji bersama dengan Saino sering mengkonsumsi cerebrovit untuk menambah kemampuannya mencari batu. Kebiasaan ini, ia mulai ketika melihat iklan di Televisi, kemudian ia membelinya di warung. Walaupun sudah tua, pria sederhana ini tidak terkendala dengan kemampuannya dalam mengingat, ia tetap semangat dan fokus. Namun, fisiknya sudah agak lemah untuk mengangkat bongkahan batu yang cukup berat. Selain keempat pencari batu yang sampai sekarang masih menjadi ujung tombak dalam proses pemugaran candi. Adapula beberapa orang yang telah pensiun dari pencari batu candi.

Ditulis oleh: Meilinia FathonahMahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sejarah, Undip Semarang