You are currently viewing Stasiun Tawang, Stasiun yang Terindah di Hindia Belanda

Stasiun Tawang, Stasiun yang Terindah di Hindia Belanda

tawang

Stasiun Tawang adalah stasiun perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij (NIS) di Semarang. Stasiun Tawang yang diresmikan pada 1 Juni 1914 ini menggantikan stasiun NIS yang pertama yang terletak di desa Kemijen berdekatan dengan Pelabuhan Semarang.

Stasiun Tawang pernah dijadikan tempat transit pengungsi yang menuju ke Semarang semasa perang meletus tahun 1949. Sejumlah 794 pengungsi yang berasal dari Yogyakarta tiba di Stasiun Tawang (Semarang) pada 23 Mei 1949. Mereka membawa barang seadanya, contohnya sepeda dan beberapa property lain.

Kota besar  berjuluk Kota Lumpia ini  sering mengadakan pesta rakyat atau Pekan Raya. Perhelatan ini selalu dibanjiri pengunjung, baik domestik maupun luar daerah. Alhasil, hilir-mudik pengunjung yang hendak mencari hiburan harus terfasilitasi, utamanya transportasi. Respon dari Stasiun Tawang waktu itu, 15 September 1955, menambah armada kereta (ekstra) untuk mengakomodir jumlah penumpang yang melimpah sehingga membuat waktu keberangkatan ditambah hingga larut malam. Jurusan Stasiun Tawang-Pekalongan dengan kereta terakhir pukul 23.30; Stasiun Tawang-Solo, pukul 23.10; Semarang-Kudus tepat pukul 24.00.

Berbeda dari Stasiun Samarang NIS, Stasiun Tawang tidak dirancang sebagai stasiun ujung; Stasiun Tawang  adalah stasiun paralel . Alasan yang pertama adalah untuk memudahkan operasional kereta api. Alasan kedua adalah karena adanya rencana menghubungkan Stasiun Tawang dengan Stasiun Poncol. Namun rencana ini baru terlaksana pada 4 Januari 1941.

Stasiun Semarang Tawang dirancang oleh Ir. Sloth-Blauwboer, tenaga ahli di NIS. Direksi NIS memberikan arahan kepada Sloth-Blauwboer  bahwa, sesuai dengan filosofi  perusahaan NIS stasiun baru yang akan dibangun tidak perlu monumental, tapi juga tidak boleh terlihat  buruk. Namun penilaian masyarakat ketika itu berbeda.  Harian Bataviaasch nieuwsblad terbitan 2 Juni 1914 misalnya melaporkan bahwa stasiun itu adalah stasiun terindah di Hindia Belanda. Stasiun Tawang dirancang khusus untuk melayani angkutan penumpang, sedangkan angkutan barang tetap dilayani stasiun lama di Kemijen. Bangunan Stasiun Tawang membentang sepanjang  175 meter. Ruang utama (main hall) beratap kubah yang lapang mempunyai  20 meter kali 18 meter.

Sebelum bangunan Stasiun Tawang didirikan dan untuk mengatasi kondisi tanah yang tidak stabil, dibuat suatu landasan pelat beton. Plat ini dibebani selama beberapa bulan dengan beban dua kali berat bangunan yang akan dibangun di atasnya. Setelah pembebanan dirasa cukup, barulah di atasnya didirikan bangunan berkonstruksi beton bertulang dengan empat kolom yang memikul kubah atap. Meski telah dilakukan pembebanan, secara konstruksi bangunan utama tetap dipisahkan dari sayap kiri dan kanan. Ini dimaksudkan agar bila masih terjadi penurunan maka itu hanya akan terjadi pada bangunan tengah, tidak akan mempengaruhi seluruh bangunan.

Tiga loket tiket dan kios penjualan surat kabar dan buku terdapat di dalam ruang utama. Di kiri dan kanan bangunan utama terdapat berbagai ruangan yang dinaungi atap pelana dengan konstruksi besi buatan Werkspoor Amsterdam. Pada sayap timur antara lain terdapat ruang tunggu kelas 3, berupa ruang terbuka tanpa dinding. Sedang pada sayap Barat selain ruang tunggu kelas 2 dan 3 serta ruang tunggu khusus untuk penumpang perempuan, terdapat kantor kepala stasiun, ruang telegraf dan ruang-ruang dinas lain. Selain itu terdapat pula ruang istirahat dan ruang makan untuk staf stasiun.