You are currently viewing SMPN 1 PURBALINGGA

SMPN 1 PURBALINGGA

Waktu pendirian bangunan kompleks SMP N 1 Purbalingga belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan sumber literatur dijelaskan bahwa Gedung SMP N 1 Purbalingga sudah ada sejak jaman pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia. Pada masa itu Gedung SMP 1 Purbalingga dijadikan sekolah untuk anak-anak dari etnis Tionghoa. Perkembangan selanjutnya setelah jaman kemerdekaan dijadikan sekolah yang dikenal dengan MULO. Era tahun 50-an berubah nama menjadi SMP Negeri Purbalingga. Tahun 1964 SMP Negeri Purbalingga pecah menjadi dua, yaitu SMP Negeri 1 Purbalingga dan SMP Negeri 2 Purbalingga yang menempati lokasi berbeda, yaitu di jalan raya Sokaraja – Purbalingga.

Gedung SMP Negeri 1 Purbalingga terletak di Jl. Kapt. P. Tendean No 8 Purbalingga. Lokasi ini cukup strategis karena berada di pusat kota Kabupaten Purbalingga yang tidak jauh dengan kantor Bupati Purbalingga. Sedangkan gambaran lingkungannya, yaitu di sebelah utara gedung SMP Negeri 1 Purbalingga setelah menyeberang jalan terdapat alun-alun, masjid, serta kantor Bupati Purbalingga. Di sebelah timur terdapat gedung SMA Muhamadiyah dan Rumah Tahanan. Di sebelah selatan dan barat selain terdapat perkantoran dan pusat perdagangan juga merupakan pemukiman penduduk yang cukup padat.

Secara keseluruhan bangunan SMPN I Purbalingga menempati areal lahan seluas kurang lebih 4.900 m2. Sebagian besar adalah bangunan baru yang merupakan bangunan pengembangan. Sementara itu, bangunan intinya adalah bangunan lama yang berada di sisi depan atau utara.  Bangunan lama ini luasnya kurang lebih 435  m2 dan terbagi dalam ruang-ruang kelas.

Secara arsitektural, bangunan lama sekolah ini merupakan bangunan Indis, yaitu bangunan tradisional yang telah mendapat pengaruh arsitektur kolonial ataupun sebaliknya. Arsitektur tradisional tampak pada penggunaan bahan kayu yang masih menerapkan konstruksi bangunan kayu. Berdasarkan informasi dan foto lama diketahui bahwa dinding bangunan ini terbuat dari bahan gedhek (anyaman bambu) dan saat ini telah diganti tembok. Konstruksi dinding gedhek ini pun tampak dari jejak konstruksi penyangga kayu pada tembok. Bentuk atap bangunan adalah limasan dan bahan genteng. Hiasan yang ada di listlank merupakan motif segitiga. Arsitektur kolonial tampak pada ketinggian ruang, pintu, dan jendela