You are currently viewing Silpin dan Citralekha, Siapa Mereka?

Silpin dan Citralekha, Siapa Mereka?

Salah satu masa kejayaan Indonesia yang meninggalkan banyak peninggalan hebat adalah masa klasik atau Hindu Buddha. Tinggalan pada masa tersebut amat beragam. Beberapa tinggalannya masih dapat kita saksikan dan kita nikmati hingga saat ini. Peninggalan pada masa ini adalah candi, relief, arca, gapura, prasasti, dan lain sebagainya. Dibalik tinggalan yang indah dan megah ini, tentu ada tangan-tangan hebat dibaliknya. Tangan yang amat sabar dan teliti dalam membuat benda-benda tersebut. Dilihat dari bentuknya yang besar, ragam hiasnya yang kompleks dan pembuatan yang detail memerlukan keahlian yang tidak dimiliki semua orang.  Orang-orang hebat ini disebut silpin dan citralekha.

Silpin merupakan sebutan bagi orang terdahulu yang membuat candi, relief dan arca. Tidak sembarang orang dapat menjadi silpin. Para silpin harus berasal dari kaum Brahmana, karena para silpin ini harus mendapat pelatihan dan mengetahui mantra-mantra sebelum membuat sesuatu. Mereka harus menjalankan beberapa ‘yoga’ sebelum membuat candi dan arca. Dalam pembuatan arca dan candi silpin berpacu pada kitab manasara silpasastra. Kitab tersebut merupakan kitab pedoman dalam pembuatan arca yang berasal dari India. Sampai sekarang belum ditemukan kitab pedoman yang berasal dari Jawa Kuno. Silpin-silpin ini harus mengikuti tata cara yang ada untuk membuat sebuah candi atau arca, terlebih arca. Itu sebabnya kesenian arca disebut sebagai kesenian tertutup.

            Citralekha adalah sebutan bagi orang yang berwenang untuk membuat prasasti. Seperti yang telah diketahui, prasasti adalah tulisan yang diguratkan di media yang tahan lama, contohnya batu dan logam. Jika pada masa sekarang, setiap orang memiliki gaya tulisannya sendiri-sendiri, begitu juga dengan citralekha. Tulisan pada prasasti walau sepintas terlihat sama, namun ternyata memiliki ciri khasnya masing-masing tergantung dengan gaya sang citralekha itu sendiri. Sebelum memahat tulisan di media, citralekha terlebih dahulu menulisnya menggunakan arang atau kapur. Kemudian prasasti baru diukir menggunakan alat ukiran seperti tatah. Berbeda dengan silpin, yang harus berasal dari kaum brahmana, citralekha bisa berasal dari kasta brahmana, ksatria atau waisya.

            Indonesia memiliki banyak sekali tinggalan arkeologis masa klasik. Beberapa tinggalan tersebut adalah candi, relief, arca, dan prasasti. Peninggalan tersebut tentu tidak jadi dengan sendirinya. Butuh tangan-tangan handal untuk membuat benda-benda hebat tersebut. Orang-orang dibalik pembuatan peninggalan tersebut disebut dengan silpin dan citralekha. Silpin adalah orang yang membuat arca, relief, dan candi. Para silpin ini harus berasal dari kaum brahmana. Sedangkan citralekha adalah orang yang bertugas untuk membuat prasasti. Para silpin harus berasal dari kaum brahmana, sedangkan seorang citralekha dapat berasal dari kaum brahmana, ksatria atau bahkan waisya. Tanpa kedua orang ini, masyarakat zaman sekarang tidak dapat menyaksikan bukti kehebatan masa klasik di Nusantara pada masa lalu.

Tulisan dan Foto oleh Desfira Ramadhania Rousthesa (Mahasiswa magang Sarjana Arkeologi UI)