You are currently viewing Rabiman, Sang Pencari Batu Yang Perkasa (Bagian 1)

Rabiman, Sang Pencari Batu Yang Perkasa (Bagian 1)

Diantara ribuan tumpuk blok batu dan di tengah teriknya matahari siang itu, tampak seorang pria bejalan. Pandangan matanya menyapu setiap sudut tempat. Sebentar-bentar ia berhenti dan termenung sembari mengerutkan dahi tampak berfikir keras. Kemudian ia juga mengeser dan memindah batu seperti mencari sesuatu. Pria ini adalah pencari batu yang perkasa. Rabiman atau Mbah Man adalah panggilan akrabnya.

Orang ini adalah pekerja ulet dan pemikir yang tangguh. Bahkan dia terus mengingat-ingat batu-batu susunan percobaan maupun hasil pencahariannya tersebut saat dia sudah berada dirumah. Menurutnya, tubuhnya boleh berada dirumah atau istirahat, namun pikirannya tetap memikirkan pekerjaan. Pria kelahiran 2 Agustus 1958 ini sudah terbukti sebagai orang kuat dan pemberani dengan tinggal sendirian selama berbulan-bulan di Candi Selogriyo, Kabupaten Magelang dan bekerja mengumpulkan batu –yang yang terbawa tanah longsor. Dalam sehari ia mampu membawa naik tujuh puluh keranjang tanah untuk pekerjaan perkerasan talud di candi tersebut. Belum lagi ia harus mengumpulkan batu-batu candi yang berserakan di jurang dan membawanya naik ke built tempat candi tersebut berdiri.

Rabiman lahir dari seorang ayah bernama Darno dan ibu bernama Parinah yang sehari –hari bekerja sebagai buruh. Masa kecilnya dirasakan tidak kekurangan walaupun ia bukan termasuk dari keluarga yang mampu. Pengalaman pahit yang masih diingat hingga saat ini adalah adalah uang. Dulu hanya akan menambal ban sepedanya yang bocor, ia tidak mampu karena tidak mempunyai uang hingga ia harus berjalan jauh.

Rabiman kecil bersekolah di SD Negeri Kotesan kemudian melanjutkan ke Sekolah Tehnik (ST) di Kebon Arum Klaten. Setelah tamat ST , ia sempat melanjutkan di SPG selama satu tahun dan berhenti karena tidak dapat membayar uang sekolah. Ia kemudian mengikuti kursus menjahit di Berbah. Disana ia belajar menjahit dan kemudian dipercaya untuk mengajar menjahit. Ia juga menerima pesanan jahitan disela-sela mengajarnya.

Di dusunnya banyak pegawai yang berseragam dan sering ia temui setiap pagi. Dalam benaknya terbayang sosok mereka yang gagah memakai seragam. Yang lebih mengherankan lagi adalah ketika mereka masuk ke candi, mereka tidak pernah membayar karcis atau tiket masuk. Ia kemudian bertanya pada seorang tetangganya kenapa setiap masuk ke candi, tidak membayar tiket. Kemudian tetangga itu menjawab jika ingin masuk ke candi tanpa membayar, jadilah pegawai purbakala. Setelah kejadian itu melamarlah Rabiman untuk menjadi pegawai candi sebagai pegawai harian dengan gaji Rp 10.000,00. Rabiman mulai kerja di purbakala sebagai pegawai harian pada 10 Juli 1980. Ia kemudian dilatih mencari dan membuat susunan percobaan batu. Ia belajar dari seniornya, Atmo Jino. Lama kelamaan ia sangat tertarik dengan pekerjaannya dan kemudian ingin lebih mendalaminya lagi.

Ketika ada penerimaan Pegawai Negeri pada tahun 1981, ia mengikuti tes dengan menggunakan ijasah SD karena posisi itulah yang tersedia dan berhasil diterima menjadi PNS. Baru pada tahun 2000 ia mengajukan persamaan ijasah setara SMP.

Dalam perjalanan waktu Rabiman banyak mendapat pengalaman dalam hal mencari batu. Ia hafal seluruh bagian dari candi. Hal ini bukan bekerjaan yang mudah. Ia harus punya ingatan yang tajam. Baginya mencari dan menyusun batu merupakan keasikan tersendiri. Pengalaman yang paling membahagiakan adalah ketika ia berhasil menemukan batu yang dicarinya.