You are currently viewing Press Release Festival Kuliner Candi Sojiwan

Press Release Festival Kuliner Candi Sojiwan

Kegiatan Festival Kuliner Candi Sojiwan dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengahsebagai salah satu program kerja tahun anggaran 2017. Sebagai salah satu bentuk aktivitas aktualisasi nilai cagar budaya dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah Prambanan, kegiatan ini diluncurkan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2017.  Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dengan situs-situs di lingkungan mereka agar mempunyai rasa memiliki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar situs. Juga sebagai salah satu upaya untuk meramaikan wisata di lingkungan Candi Sojiwan.

Kegiatan ini diawali dengan pelatihan memasak untuk 5 orang ibu di wilayah Desa Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten oleh praktisi Kuliner (Retno Wulandari dari Kebun Kita). Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi bekal kemampuan memasak dan menciptakan masakan jenis baru yang diharapkan akan menjadi salah satu ciri khas wilayah tersebut.Setelah berlatih memasak, diharapkan mereka dapat menularkan ilmu kepada warga lain di lingkungan desa, dan hasil latihan ini dicoba untuk disajikan kepada masyarakat untuk mendapat penilaian. Diharapkan menu baru tersebut dapat memperkaya atau menambah pilihan menu baru dan khas wilayah tersebut.

Mengapa makanan raja yang dipilih sebagai bahan pemberdayaan masyarakat? Raja merupakan status sosial tertinggi di dalam masyarakat Jawa Kuno yang memiliki hak-hak istimewa.Salah satu hak istimewa yaitu dalam hal makanan yang khusus untuk raja dan orang lain tidak boleh menyantapnya. Orang lain yang mendapatkan keistimewaan untuk menikmati makanan raja yang disebut rajamangsa atau mahamangsa ini adalah kepala wilayah yang ditetapkan menjadi sima. Sima adalah anugerah dari raja atau pejabat kepada seseorang yang dianggap berjasa atau sebagai anugerah raja untuk kepentingan bangunan suci.

Tema makanan raja dipilih untuk pemberdayaan masyarakat agar lebih menarik karena status sosial raja yang tinggi tersebut. Masyarakat diajak untuk dapat merasakan menjadi istimewa saat menyantap makanan tersebut dengan nuansa pada masa Jawa Kuno yang sejaman dengan candi-candi di sekitar prambanan. Rajamangsa atau mahamangsa  antara lain  kura-kura, kambing bunting, babi hutan yang dikebiri, anjing yang dikebiri, penyu, ikan taluwah, dan ikan asih. Makanan-makanan ini istimewa pada masa itu, namun karena perubahan budaya, nilai, dan keyakinan, maka saat ini makanan-makanan tersebut  menjadi tidak layak dimakan. Oleh karena itu dipilih bahan makanan yang sesuai untuk dapat dinikmati pada masa sekarang.

Jenis makanan yang dihidangkan dalam festival kali ini adalah hadangan harang (sate lilit daging kerbau), hadangan madhura (daging kerbau masak manis), dundu puyengan (belut dibentuk melingkar), maneka kuluban (sayur-sayuran rebus dengan beragam bumbu), phalamula (umbi-umbian yang direbus dinikmati dengan areh dan air gula), nalaka rasa (minuman sari tebu), jati wangi (minuman sari melati), dan kinca (minuman sari asam). Pemilihan jenis makanan ini didasarkan pada prasasti serta interpretasi dari relief Candi Prambanan dan Borobudur.

Kegiatan ini tidak akan berhenti pada saat peluncuran namun akan terus dikembangkan bagi keberlanjutannya termasuk penambahan varian menu makanan.