Perwara Deret I no.14 Candi Sewu Selesai Dipugar

sew2 sew4

Warisan budaya dalam bentuk candi merupakan salah satu bukti peninggalan yang memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan agama. Keberadaan candi perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Salah satu candi yang dalam berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah kompleks Candi Sewu. Kompleks Candi Sewu merupakan salah satu kompleks bangunan candi yang masuk dalan World Heritage List bersama dengan Candi Prambanan, Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Asu. Kompleks Candi Sewu berada dalam area Taman Wisata Candi Prambanan, berjarak kira-kira 800 m di sebelah utara Candi Prambanan. Secara administratif Kompleks candi Sewu terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, pada koordinat 110⁰ 29’ 29” Bujur Timur   7⁰ 44’ 40’’ Lintang Selatan dan UTM 49 M 444438 9142090.

Kompleks Candi Sewu merupakan satu peninggalan candi yang berlatar agama Buddha yang terletak dalam kawasan Prambanan. Di Kawasan Prambanan terdapat banyak kompleks bangunan, maupun bangunan tunggal, baik yang merupakan bangunan keagamaan Budha maupun Hindu. Bangunan-bangunan candi di kompleks percandian ini dibangun pada abad masa kejayaan dinasti Sailendara yang berkuasa di Jawa   yang mempunyai pengaruh sangat besar di Indonesia hingga Asia Tenggara pada abad VIII-XI Masehi.

Kompleks Candi Sewu dibangun pada abad VIII Masehi oleh dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Hindu. Bangunan tersebut didirikan dengan nama Manjusrigrha (rumah untuk Manjusri) sesuai dengan nama prasasti yang menjadi sumber sejarahnya. Prasasti yang ditemukan berkaitan dengan candi Sewu adalah Prasasti Manjusrigrha yang berangka tahun 714 Saka atau 792 Masehi. Prasasti tersebut menyebut tentang “…penyempurnaan sebuah prasada yang bernama wajrasana Manjusrigrha….’’. Majusrigrha adalah rumah   untuk Manjusri, Sedangkan nama Manjusri adalah salah seorang Bodhisattwa yang dipercaya mendatangkan kebijaksanaan, ingatan yang kuat, kepandaian dan kefasihan berbicara yang semuanya akan memungkinkan dalam penguasaan kitab-kitab.

Kompleks bangunan candi Sewu terdiri atas 249 bangunan candi dan 8 arca dwarapala. Bangunan tersebut terletak dalam satu komplek percandian yang terbagi dalam tiga halaman. Halaman pertama terdapat satu buah bangunan Utama. Bangunan utama mempunyai 4 penampil yang terdapat di setiap sisi, penampil pada sisi timur berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan induk. Halaman pertama dibatasi pagar keliling. Diluar halaman pertama adalah halaman kedua, pada halaman tersebut terdapat 8 bangunan candi apit yang berdiri berhadapan pada masing-masing sisi. Bangunan candi apit mengapit jalan masuk ke bangunan induk. Pada halaman II tersebut juga terdapat 240 bangunan perwara. Selain bangunan candi apit dan perwara pada halaman II tersebut juga terdapat 8 (delapan) buah arca dwarapala yang diletakkan di dekat pagar batas halaman pada keempat sisi dalam posisi saling berhadapan mengapit jalan masuk ke bangunan utama. Halaman kedua tersebut dibatasi pagar halaman, saat ini sebagian besar pagar halaman II masih tertimbun tanah, yang telah berhasil ditampakkan baru pada pintu sebelah timur, selatan dan utara.

Kompleks Candi Sewu mempunyai peran yang penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia, selain merupakan Candi Buddha terbesar selain Candi Borobudur, juga karena letaknya berdekatan dengan candi Prambanan yang berlatar agama Hindu menunjukkan bahwa telah ada harmonisasi dalam kehidupan beragama antara kedua agama besar tersebut. Harmoni keagamaan telah berlangsung dengan saling menghormati antara Hindu dan Buddha ditunjukan pada masa   pemerintah dinasti Sailendra dengan telah didirikan bangunan suci dari dua agama tersebut. Sehingga dapat menjadi tauladan dan acuan pada masa kini dan mendatang untuk dapat hidup rukun dalam pluralitas agama di Indonesia.

Candi merupakan bentuk mikrokosmos, oleh karena itu suatu candi dibangun dengan sistem halaman yang melambang makrokosmos, demikian juga candi Sewu terdiri dari tiga halaman yang masing-masing halaman dibatasi pagar, yang merupakan lambang benua dan samodra yang mengelilingi pusat atau Meru. Bangunan perwara adalah merupakan pelengkap sistem keagamaan sebagai gambaran makrokosmos yang diujudkan dalam kompleks candi. Namun tidak semua bangunan pendukung yang melambangkan konsep dalam kondisi berdiri utuh, tetapi sebagian besar telah rusak dan runtuh, baik karena faktor usia, manusia maupun alam. Demikian juga bangunan candi di Kompleks Candi Sewu, yang hingga saat ini baru dapat memugar 1 candi Induk, 4 candi Apit dan 11 Candi Perwara bangunan candi dan 8 buah arca dwarapala. Oleh karena itu dalam tahun 2014 direncanakan memugar salah satu candi perwara yaitu perwara deret I no.14.

Bangunan perwara deret I no.14 yang terletak di sebelah barat candi induk,. bangunan tersebut saat ini dalam kondisi rusak dan runtuh. Kerusakan struktur berupa kemelesakan bangunan pada bagian fondasi dan kaki sehingga menyebabkan bagian di atasnya turun dan menyebabkan runtuh. Kondisi tersebut bila tidak diperbaiki, batu-batu pada bangunan yang masih berdiri rawan jatuh yang akan membahayakan pengunjung candi. Hal ini mengingat di daerah Prambanan merupakan daerah sesar gempa yang kondisi tanahnya labil.   Faktor penyebab yang lain adalah adanya terjangan lahar dingin pada masa lalu yang menyebabkan banyaknya batu-batu candi yang runtuh tercampur antara bangunan yang satu dengan lainnya dan hilang. Sehingga dalam perbaikan perlu persiapan lama untuk pencarian batu-batu komponen bangunannya.

Dari hasil rutinitas pencarian dan pengaduan batuan komponen candi, Profile dan bentuk candi Perwara Deret I No.14 Kompleks Candi Sewu sudah lengkap dan siap dipugar.

Maksud pemugaran kompleks Candi Sewu adalah untuk membangun kembali (rekonstruksi) candi yang telah runtuh, sebagai salah satu upaya pelestarian Bangunan Cagar Budaya di kompleks Candi Sewu.

Tujuannya adalah :

  1. Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Kompleks Candi Sewu
  2. Sebagai kajian ilmiah yang sangat berguna bagi para ilmuwan.
  3. Menambah apresiasi masyarakat tehadap pelestarian Benda Cagar Budaya

Sasaran pekerjaan Restorasi Candi Perwara Deret I No.14 Kompleks Candi Sewu yaitu Rebuilding (pemasangan kembali) dari lapis 1’ (pondasi) sampai (yasti) atau + lapis 38 dengan volume rebuilding + 105 m³.

Adapun Jenis pekerjaan pada bulan November adalah sebagai berikut:

  1. Penggambaran dan Pengukuran
  2. Konservasi
  3. Finishing/tatah jadi
  4. Pemberian tanda batu baru
  5. Foto dokumentasi
  6. Pengawasan dan penelitian arkeologi
  7. Pencarian batu Candi
  8. h. Pembongkaran Perancah
  9. lain-lain

Penggambaran dan Pengukuran

  • Meneruskan Sket Gambar dan kalkir gambar tampak Timur, Selatan, Barat dan Utara serta potongan hasil rekonstruksi
  • Ploting gambar ke computer dengan program Auto cad.
  • Pengukuran bagian komponen batu candi.

Konservasi

           Hasil kegiatan tenaga konservasi antara lain :

  • Pembersihan secara manual dengan sistem mekanik kering menggunakan sikat guna menghilangkan lumut, jamur kerak dan lichen pada permukaan batu temuan
  • Pembersihan secara Kimiawi dengan pengolesan AC 322 pada lumut kerak/ lichen.
  • Pembersian basah/pencucian batu dengan penyemprotan air menggunakan mesin compressor.
  • Treatmen dengan menggunakan bahan kimia hyamine
  • Coating dengan watter repelen

Finishing

Kegiatan Fihining adalah kegiatan tatah jadi menggunakan tatah batu dan cuplik batu pada batu- batu baru/pengganti agar kehalusan batu selaras dengan batu asli candi. Kegiatan finishing dilakukan pada seluruh batu pengganti pada kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret I no. 14 Kompleks Candi Sewu.

Pemberian tanda batu baru

Dalam kegiatan restorasi candi Perwara Deret I no. 14 ini ,untuk membedakan antara batu asli dan batu baru, penandaan batu baru dilakukan dengan mengebor/melobangi batu baru dengan diameter 6 mm dan kedalaman + 5 mm

 

Foto dokumentasi

Pekerjaan pendokumentasian yaitu mendokumentasikan obyek dan kegiatan dalam pekerjaan pemugaran dengan menggunakan alat kamera digital. Tujuan pendokumentasian adalah untuk merekam data guna sebagai sarana laporan pekerjaan yang sedang dan telah kita laksanakan.

Pengawasan dan penelitian arkeologi

Perwara Deret I no. 14 komplek candi Sewu merupakan candi perwara yang juga menunjukkan bahwa adanya periode sasi dalam pembuatannya, dengan ditunjukkan oleh tidak adanya tangga masuk dari penampil ke induk candi. Tidak ada tangga melainkan hanya terdapat batu padma dan lis yang menunjukkan bahwa candi perwara deret I merupakan candi yang dulunya tidak memiliki penampil. Seiring dengan pembangunan candi deret II, III dan IV, baru penampil dibuat, selain itu juga dibuktikan dengan tidak adanya batu kait antara dinding penampil dan induk perwara, sehingga batu bareh atau memiliki nat vertical yang lurus.

Pencarian batu Candi

Hasil pencarian batu candi dalam bulan November 2014 adalah: mencari batu bagian candi perwara kompleks candi sewu untuk selanjutnya di buat susunan percobaan baru untuk persiapan pemugaran-pemugaran selanjutnya.

Pembongkaran Perancah

Setelah kegiatan finishing dan konservasi, kegiatan terakhir adalah pembongkaran perancah yang bersamaan dilakukan observasi (pengamatan) kembali bagian candi yang kurang sempurna, yang kemudian dilakukan tindakan penyempurnaan.

Hasil pembongkaran perancah seperti, balok kayu, papan, dan baut kemudian diangkut dan disimpan dalam gudang.

sew3