You are currently viewing Pendirian Benteng-Benteng VOC Di Pulau Jawa

Pendirian Benteng-Benteng VOC Di Pulau Jawa

Dalam rangka menguasai dan mempertahankan Pulau Jawa sebagai daerah kekuasaan VOC dari rongrongan raja-raja Jawa, maka dibangunlah 17 buah benteng pertahanan (fortification) di Cirebon, Tegal, Pekalongan, Jepara, Semarang, Ungaran, Salatiga, Boyolali, Surakarta, Yogyakarta, Demak, Rembang, Gresik, Pasuruan, Surabaya dan Ambarawa.

Di samping itu ketika pemerintah Hindia Belanda mencoba menangkap Pangeran  Diponegoro, dengan tujuan mempersempit gerakan pasukan Diponegoro. Oleh karena itu Jenderal Genie David Cochius untuk membuat benteng-benteng pertahanan di wilayah-wilayah yang telah berhasil dikuasai Belanda. Dalam kurun waktu ± 2 tahun pihak Belanda telah berhasil mendirikan 186 buah benteng dengan maksud mengepung Pangeran Diponegoro.

Benteng-benteng Belanda didirikan antara lain di Tempel, Beligo, Minggir, Kamboja, dipinggir kali Kenteng, Melati, Tempel Pisangan, Kalijengking, Muntilan, Bantulkarang (dekat Kanigoro), Begelan, Banyumas, Ledok.

Di antara benteng pertahanan VOC/Pemerintah Hindia Belanda yang penting di Jawa Tengah antara lain :

Benteng Vastenberg Surakarta

Benteng Vastenburg  dibangun pada tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal van Imhoff. Fungsi benteng ini merupakan bagian dari bentuk pengawasan Belanda terhadap penguasa kraton Surakarta dan sekaligus sebagai pusat garnisun. Lokasi Benteng Vastenburg  di daerah Gladak, depan Matahari Store Solo, sehingga sangat dekat dengan Kraton Surakarta. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar dan pada ujung-ujungnya terdapat penonjolan yang disebut Seleka (Bastion).

Di setiap Seleka (Bastion) ini biasanya ditempatkan senjata meriam sebagai penangkal musuh sekaligus tempat pos penjagaan.

Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan maupun belakang. Bangunan inti terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di tengah terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera. Sedangkan kantor Gubernur Jenderal berlokasi di kantor Balaikota Surakarta sekarang.

Benteng De Hersteller Salatiga

Benteng De Hersteller didirikan pada tahun 1746 di daerah Ngebul (Bolt). Semula benteng ini selain untuk pos penjagaan sekaligus sebagai tempat istirahat bagi pejabat-pejabat VOC yang mengadakan peninjauan ke Surakarta. Mereka beristirahat dan mengganti kuda di Salatiga sebelum meneruskan perjalanan dan begitu sebaliknya. Benteng ini pernah diperbaiki dan diperkuat dengan dua buah kanon pada tahun 1772 dan tahun 1847 rusak parah. Ketika Daendels mendapat tugas untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, kota Salatiga dipilih sebagai tempat pasukan A II Bg (Brigade Artileri II). Kampemen pasukan ini terletak di belakang Benteng De Hersteller, sekarang ditempati oleh Batalyon 411 Diponegoro.

Benteng Willem II Ungaran

Ungaran yang berjarak ± 15 km dari kota Semarang, merupakan salah satu tempat yang memiliki benteng kuno peninggalan pemerintah VOC. Benteng Willem II ini sering disebut benteng Diponegoro, karena keberanian menentang dan melawan penguasa Belanda akhirnya Pangeran Diponegoro ditawan di sini, sebelum dikirim ke Semarang – Batavia dan akhirnya dibuang ke Manado. Benteng Willem II didirikan pada tahun 1786 (MDCCLXXXVI).

Sejak tahun 1950 s/d 2006, Benteng Willem II Ungaran dimanfaatkan oleh keluarga kepolisian setempat dan di bawah pengawasan Kapolda Jateng. Tahun 2006 yang lalu, 16 keluarga yang menempati benteng telah meninggalkan benteng, sehingga untuk beberapa saat kosong dan tidak terawat. Keberadaan Benteng Willem II di Ungaran sebenarnya untuk pengamanan setelah ontran-ontran (geger) China yang berlangsung 1740 – 1743. Benteng Willem II ini semula dimanfaatkan sebagai tempat rapat (entmoeting). Sebagai bukti ialah ketika pada tanggal 11 Mei 1746, Susuhanan Paku Buwono II dan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff bertemu di Ungaran untuk membicarakan realisasi perjanjian Ponorogo. Tahun 1784 – 1786, tempat pertemuan Willem II direnovasi dan diperlebar sampai memiliki luas 1600 m² dan dijadikan sebagai tempat tahanan.

Benteng Willem I Ambarawa

Ambarawa memiliki ketinggian antara 450 – 475 m di atas permukaan laut. Sejak tahun 1840 terkenal sebagai kota perkebunan, karena Ambarawa memiliki iklim yang istimewa untuk menghasilkan hasil pertanian, khususnya tanaman kopi. Ambarawa merupakan daerah di Jawa Tengah yang berjarak ± 35 km dari Semarang dan ± 80 km dari kota Yogyakarta dan dikellingi oleh beberapa gunung/pegunungan. Ditinjau dari perspektif militer, kota Ambarawa terletak dekat dengan poros Semarang – Solo. VOC pun sekitar abad 18 telah mendirikan benteng-benteng pertahanan sepanjang route tersebut. Benteng-benteng tersebut didesain untuk menciptakan hubungan antara VOC dengan kerajaan Mataram. Bahkan di kemudian hari di route tersebut ditempatkan tangsi-tangsi militer dan yang terkuat adalah keberadaan Brigade Artileri II di Salatiga yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Daendels ketika mendapat tugas untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.

Ketika perang Diponegoro masih berlangsung, Komandan Militer Divisi II VOC yaitu Kolonel Hoorn lewat pertigaan Bawen antara tahun 1827 – 1830 mengatakan bahwa Ambarawa memiliki hamparan bambu untuk cadangan perbekalan pertahanan dan sebagai persediaan keseimbangan, jika sewaktu-waktu militer kehabisan logistik di Ambarawa.

Benteng Willem I ini dibangun ketika pemerintahan Raja Willem II dari tahun 1834 – 1853 dan diresmikan pemakaiannya mulai tahun 1846. Benteng ini dibangun pada ladang hamparan bambu. Benteng Willem I dikenal secara luas merupakan asrama besar bagi pasukan KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Landforce). Markas ini dihubungkan dengan rel kereta api jurusan Yogyakarta – Semarang.

(Laporan Studi Teknis Arkeologis Benteng Willem Ambarawa Kabupaten Semarang)