You are currently viewing Panduan “Ayo ke Candi”

Panduan “Ayo ke Candi”

Candi Sewu awalnya merupakan sebuah desa yang dikelilingi pemukiman penduduk. Sebelah utara Desa Candirejo, biasa disebut Candi Lor, di sebelah timur ada Candi Ghana / Candi Asu, di sebelah selatan ada candi Lumbung, di sebelah barat Candi Kulon.

Pada tahun 1960 ditemukan sebuah prasasti yang berangka tahun 741 Saka / 792 Masehi yang isinya menyebutkan adanya penyempurnaan / peresmianPrasada Wajrasana Manjusrigrha. Selanjutnya prasasti ini disebut Prasasti Manjusri yang ditemukan di salah satu candi perwara. Ada 2 hal yang dapat disimpulkan dari prasasti ini:

  1. Mengingat pada tahun 792 sudah ada penyempurnaan, berarti bangunan Manjusrigrha / Candi Sewu telah berdiri sebelumnya
  2. Nama asli Candi Sewu adalah Manjusrigrha (rumah Manjusri).

Candi Sewu awal mulanya dibangun oleh Raja ke-2 Kerajaan Mataram Kuno yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784). Pada waktu penyempurnaannya pada tahun 792 M, Rakai Panangkaran telah meninggal dunia dan Mataram Kuno sedang berada pada masa pemerintahan Rakai Panaraban (784 -803).

Candi Sewu berlatar belakang agama Budha, dengan pengaruh dari India.

Beberapa hipotesis  masuknya agama Budha ke Indonesia:

  1. Melalui ekspedisi militer.
  2. Melalui kontak dagang, kolonisasi dan perkawinan dengan penduduk setempat.
  3. Melalui semangat misionaris / peyebaran agama oleh para Brahmana.

Dari ketiga hipotesis, disimpulkan oleh F.D.K Bosch penyebar agama yang paling penting adalah para Brahmana. Hal ini terbukti dari pengaruh India sangat menonjol di bidang keagamaan.

Nilai penting Candi Sewu:

  1. Candi Sewu merupakan candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur yang dibangun pada akhir abad VIII
  2. Candi Sewu merupakan pusat keagamaan yang penting pada jamannya

Candi Sewu pertama kali diteliti oleh H.C. Cornelius pada tahun 1807. Hasilnya adalah gambar denah serta tampak muka candi induk dan satu buah candi perwara.

Penelitian kedua dilakukan oleh NJ Krom pada tahun 1923. Ia menyimpulkan bahwa Candi Sewu didirikan pada awal abad ke IX. Kemudian pada tahun 1929 Stutterheim melakukan penelitian lanjutan yang mneyimpulkan bahwa Candi Sewu dibangun pada akhir abad ke IX. Kedua kesimpulan tersebut didasarkan pada penelitian secara paleografis. Kemudian setelah ditemukannnya prasasti Manjusri pada tahun 1960, kedua kesimpulan itu tidak berlaku lagi.

Candi Sewu yang secara keseluruhan memiliki jumlah candi 249 dengan rincian:

  • 1 buah candi induk è sudah dipugar
  • 8 buah candi apit è sudah dipugar 4 buah
  • 4 buah candi penampil è sudah dipugar
  • 240 candi perwara è sudah dipugar 13 buah
  • 8 buah patung dwarapala

Untuk dapat memugar candi diperlukan setidaknya 60% dari keseluruhan batu asli candi. Batu baru yang digunakan untuk melengkapi batu-batu yang hilang harus diberi tanda, dan tidak boleh diberi ornament.

Sebelum dilakukan pemugaran, terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan. Studi tersebut bertujuan untuk menentukan layak atau tidaknya sebuah candi dipugar. Hal yang dipelajari dalam studi kelayakan antara lain:

  1. Peranan bangunan di dalam sejarah
  2. Kelengkapan komponen bangunan
  3. Kerusakan-kerusakan yang ada

Studi kelayakan di Candi Sewu pertama kali dilaksanakan pada tahun 1982.

Pada saat ditemukan Candi Sewu masih memiliki komponen yang utuh yaitu bagian kaki, tubuh, dan ornamen yang masih berada pada tempatnya, namun bagian atap telah runtuh. Batu asli yang ditemukan dalam reruntuhan Candi Sewu berjumlah sekiar 80% sehingga layak untuk dibangun kembali. Dalam memugar Candi, ada 4 prinsip keaslian yang harus dipertahankan yaitu:

  1. Keaslian bentuk
  2. Keaslian bahan
  3. Keaslian letak
  4. Keaslian teknologi

Tahapan-tahapa pemugaran candi:

  1. Pra pemugaran : studi kelayakan (penelitian), studi kasus, studi teknis
  2. Pelaksanaan Pemugaran: selalu berdasar pada kajian-kajian yang telah dilakukan. Pelaksanaan pemugaran juga melalui tahapan antara lain: persiapan, pergambaran, pembongkaran, konservasi, penyusunan kembali, penyelesaian akhir dan penataan lingkungan

Kerusakan-kerusakan pada candi disebabkan kerena:

  1. Faktor khemis: warna putih karena endapan unsur mineral dan asam-asam tertentu
  2. Faktor mekanis: retak atau patah karena beban atau gempa bumi
  3. Faktor biologis: tumbuhnya lichen (jamur, kerak), algae, dan lumut

          Pelaksanaan Konservasi:

  • Pembersihan batu kulit
  • Treatment
  • Perbaikan/ restorasi
  • Replacing / penggantian batu baru
  • Pemasangan lapisan-lapisan kedap air
  • Pembuatan drainage
  • Layouting

  1. Pembersihan batu dilakukan dengan cara:

  • Dry cleaning (pembersihan kering) : menggunakan sikak kering
  • Wet cleaning (pembersihan basah) :menggunakan sikat basah (lanjutan dari pembersihan kering). Apabila pada tahap ini dirasa cukup, tidak perlu dilanjutkan pada tahap pembersihan selanjutnya.
  • Chemical cleaning: pembersihan secara kimia. Dilakukan apabila pembersihan sedengan tahap sebelumnya belum cukup. Bahan yang digunakan adalah AC 322.
  • Scratching : dilakukan dengan menggunakan skrap halus atau pahat halus. Dilakukan untuk menghilangkan endapan-endapan pada celah batuan.

  1. Treatment (pengawetan)

Dilakukan agar batu-batu yang telah direkonstruksi tidak mudah ditumbuhi lumut atau jasad-jasad lainnya. Bahan yang digunakan antara lain: herbisida, algaecida, fungiicida

  1. Perbaikan / restorasi

Pekerjaan yang dilakukan meiputi: penyambungan, injeksi/ filling, kamuflase dan konsolidasi.

                Macam-macam cara penyambungan:

  • Gluing / pengeleman
  • Dowelling / angkur dibuat dari kuningan
  • Repair / penyambungan dengan batu baru
  • Injeksi / filling : bahan yang digunakan adalah araldite type EPIS.
  • Kamuflase : menyamarkan bekas sambunganpada batu kulit. Bahan yang digunakan adalah Araldite LY 560.

Gugusan kompleks Candi Sewu disusun secara konsentris dengan orientasi  timur-barat-utara-selatan. Candi Induk terletak di halaman pertama, menghadap ke timur, dikelilingi pagar keliling setinggi 85 cm, berdenah 40 m x 41 m, berbentuk palang Yunani bersudut 20, berdiameter 28,9 m. tinggi bangunan 29,8 m.

Candi-candi perwara disusun dalam 4 deret pada halaman ke-2 masing-masing berjumlah:

  1. Deret I : 28 bangunan
  2. Deret II : 44 bangunan
  3. Deret III: 80 bangunan
  4. Deret IV : 88 bangunan

Pada ke-4 pintu masuk terdapat masing-masing 2 patung dwarapala setinggi 229,5 cm.

RELIEF-RELIEF PADA CANDI SEWU

CANDI INDUK

Pada tubuh kaki candi terdapat motif Purnakalasa yaitu jambangan bunga yang merupakan lambang kesuburan dan kekuatan hidup yang melimpah. Terdapat pula ‘arca’ singa yang merupakan lambang kekuatan.

Pada ujung tangga terdapat Makara yang bentuknya merupakan perpaduan dari ikan, buaya dan gajah. Makara menggambarkan daya hidup dari air yang menakutkan sekaligus dermawan.

Pada setiap luar pipi tangga terdapat relief yang menggambarkan seorang Yaksa, kalpawrksa, jambangan-jambangan yang berisi harta kekayaan, jambangan bunga yang di antaranya berbentuk sangkha (kerang), pedupaan dan benda-benda lainnya. Yaksa adalah manusia setengah dewa yang dianggap sebagai penguasa harta kekayaan dan yang jika berkenan akan melimpahkan kekayaannya kepada manusia.  Kalpawrksa adalah salah satu dari lima pohon ajaib yang tumbuh di surge Dewa Indra. Pohon ini dapat memenuhi permintaan manusia. Biasanya di bawah pohon ini terdapat jambangan-jambangan yang berisi uang dan harta kekayaan lainnya. Dengan demikian tema hiasan yang terdapat pada kedelapan pipi tangga Candi Induk Sewu berkaitan dengan kekuatan-kekuatan yang berkuasa atas harta kekayaan.

CANDI SEWU SEBAGAI REPLIKA KOSMOS

Kompleks Candi Sewu menggambarkan konsep alam semesta dengan Candi Induk sebagai benua pusat denga Meru nya. Tujuh buah rangkaian pegunungan digambarkan dalam bentuk pagar keliling pertama, candi perwara dert I, II, dan Candi Apit, candi perwara derte III dan IV, dan pagar keliling kedua.

Tujuh Lautan digambarkan dalam bentuk halaman I, halaman di antara Candi Perwara deret II dan Candi Apit, halaman di antara candi apit dan candi perwara deret III, halaman di antara candi perwara deret III dan IV, serta halaman di antara candi perwara deret IV dan pagar keliling ke-2.

PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

Pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan tindakan pelestarian di Candi Sewu adalah BPCB Jawa Tengah. Adapun tugas fungsinya secara teknis adalah:

  1. Pemeliharaan
  2. Pelindungan
  3. Pemugaran
  4. Publikasi dan pemanfaatan
  5. Dokumentasi

UU yang melindung CB adalah UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat berkunjung ke candi:

  1. Menjaga sikap dan sopan santun baik salam tindakan dan perkataan
  2. Tidak merokok
  3. Menjaga kebersihan dan ketertiban (tidak membuang sampah sembarangan)
  4. Tidak memanjat
  5. Tidak melakukan tindak vandalisme (corat-coret atau memahat batu)