You are currently viewing Menengok Sejarah dan Perkembangan Istana Djoeng Eng di Salatiga

Menengok Sejarah dan Perkembangan Istana Djoeng Eng di Salatiga

Istana Djoeng Eng atau sekarang yang lebih dikenal dengan Institut Roncalli merupakan salah satu bangunan cagar budaya peninggalan era kolonial yang terletak di Jalan Diponegoro (dulunya Toentangscheweg). Bangunan ini dulunya merupakan milik pengusaha sukses asal Taiwan yang bernama Kwik Djoeng Eng.

Dibangun diatas lahanĀ  seluas 12 ha dengan pengerjaan selama empat tahun membuat istana milik Djoeng Eng tersebut menjadi bangunan paling mewah di Salatiga pada masa itu. Kompleks istana itu sendiri terdiri dari bangunan gedung, kebun hias, kebun binatang, lapangan tenis, dan kebun kopi. Konon pembuatan bangunan tersebut memakan biaya mencapai 3 juta gulden. Peresmiannya pun pada tahun 1925 dilakukan dengan menggelar pesta yang mewah dan meriah.

Salah satu ciri unik dari istana Djoeng Eng ini adalah adanya empat menara dengan ornamen khas Tionghoa yang mempercantik bangunan. Empat menara tersebut merupakan perlambang dari empat anaknya, sementara kubah utamanya sendiri melambangkan keberadaan Kwik Djoen Eng.

Namun sayangnya Kwik Djoeng Eng tidak dapat menikmati istana tersebut dengan lama. Hal ini dikarenakan pada tahun 1930 terjadi krisis ekonomi besar-besaran yang membuat Djoeng Eng mengalami kebangkrutan. Istana itu pun akhirnya disita oleh Javaasche Bank dan kemudian kosong tidak berpenghuni.

Setelah sempat berganti-ganti pemilik, akhirnya pada tanggal 12 Mei 1968 didirikanlah Institut Roncalli yang konon sekarang sudah berganti nama lagi menjadi Rumah Khalwat Roncalli. Sayangnya perubahan fungsi bangunan tersebut memberikan efek perubahan wujud bangunan juga. Kubah dan menara yang dulunya menjadi ciri khas Istana Djoeng Eng sudah tidak nampak lagi. Luas lahan pun yang dulunya 12 ha berkurang menjadi hanya 3,5 ha.

Meskipun demikian, oleh pemiliknya yang sekarang beberapa bagian tertentu masih tetap dibiarkan seperti aslinya. Ruang makan, ruang rekreasi, interior gedung, tiang-tiang pergola di taman, serta gardu bercorak Tionghoa dengan warna merah yang menyala masih sama seperti wujud aslinya.