You are currently viewing Masjid Agung Purworejo, Masjid dengan Bedug Terbesar di Dunia

Masjid Agung Purworejo, Masjid dengan Bedug Terbesar di Dunia

Tahukah kalian dimana bedug terbesar di dunia berada? Bedug terbesar didunia berada di Purworejo, tepatnya di Masjid Agung Purwerejo.

            Masjid Agung Purworejo merupakan peninggalan sejarah dari periode masa Islam di Indonesia. Masjid Agung Purworejo disebut juga Masjid Jami’ Darul Mutaqqim. Masjid ini terletak di pusat kota Purworejo, tepatnya di sebelah Barat alun-alun Purworejo. Masjid Agung Purworejo terletak di Kampung Kauman, Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Di sekitar masjid terdapat beberapa bangunan penting, antara lain kediaman Bupati, Kantor Pemerintah Kabupaten Purworejo, Gereja GPIB, serta penjara dan bangunan tangsi militer yang sekarang berfungsi sebagai markas infanteri 412.

            Sejarah berdirinya Masjid Agung Purworejo tidak terlepas dari sejarah Purworejo sendiri. Purworejo dahulu dikenal dengan sebutan Bagelan yang termasuk wilayah Karesidenan Bagelan. Wilayah Bagelan pada abad XIX merupakan wilayah Nagara Agung Kasunanan Surakarta. Kondisi wilayah Bagelan yang kurang kondusif mendorong Belanda untuk menentramkan wilayah tersebut dengan meminta bantuan kepada Paku Buwono VI. Paku Buwono VI memilih Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudho sebagai panglima untuk membantu Belanda. Belanda menjanjikan kepada KGPH Kusumoyudho apabila berhasil akan diangkat sebagai penguasa di wilayah Bagelan.

            KGPH Kusumoyudho dibantu Raden Ngabehi Resodiwiryo. Resodiwiryo dapat mengamankan wilayah di Bagelan dengan baik. Sehingga ia mendapat kepercayaan dari KGPH Kusumoyudho untuk menjabat sebagai Bupati Tanggung yang wilayah kekuasaannya berada di sebelah Timur Sungai Bogowonto. Resodiwiryo kemudian bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Cokrojoyo.

            Setelah selesai Perang Diponegoro peemrintah Belanda meminta seluruh wilayah Bagelan. Wilayah ini dijadikan karesidenan di bawah pimpinan Residen A.I. Ruitenback. Kemudian oleh Komisaris van Sevenhoven, Karesidenan Bagelan dibagi menjadi empat daerah kadipaten dengan para adipati penguasanya yaitu:

  1. Kadipaten Brengkelan menjadi Bagelan Timur dengan K.R. Adipati Cokrojoyo sebagai bupatinya.
  2. Kadipaten Semawung (Semawon) meliputi Bagelan Selatan yang dipimpin oleh K.R. Adipati Notonagoro Sawunggalih II.
  3. Kadipaten Karangduwur meliputi Bagelan Utara dipimpin oleh K.R. Adipati Mangunnagoro.
  4. Kadipaten Ngaran meliputi Bagelan Barat yang dipimpin oleh K.R. Adipati Arung Binang.

K.R. Adipati Cokrojoyo yang dilantik sebagai Bupati Brengkelan pada tahun 1830 M mengubah nama Kadipaten Brengkelan menjadi Kadipaten Purworejo dengan persetujuan Komisaris van Lawick van Pabst. Setelah disetujui nama baru tersebut, K.R. Adipati Cokrojoyo terkenal dengan sebutan K.R. Adipati Cokronagoro I yang mulai memerintah di Kadipaten Purworejo pada tahun1831.

Pada masa pemerintahannya K.R. Adipati Cokronagoro I banyak mengadakan pembangunan, seperti membuat saluran irigasi, bangunan kadipaten, dan Masjid Agung Kadipaten. Pejabat yang diberi tugas melaksanakan pembangunan Masjid Kadipaten adalah Pepatih Dalem Kadipaten Purworejo yang bernama Patih Cokrojoyo. Pembuatan Masjid Kadipaten Purworejo dimulai tahun 1834 M sesuai yang tertera pada prasasti yang tertempel di atas pintu utama masjid. Pada tahun 1988, oleh kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Purworejo Drs. H. Moch. Soeripto dan Ketua Takmir KH. Drs. Muh. Ghufron Faqih, Masjid Agung Purworejo diberi nama Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo.

Kompleks Masjid Agung Purworejo terdiri dari Serambi, Ruang Utama, Mihrab, dan beberapa peninggalan lain seperti mimbar, maksura dan bedug. Salah satu keunikan yang terdapat di Masjid Agung Purworejo adalah keberadaan bedugnya. Konon, bedug yang ada di masjid ini adalah bedug terbesar di dunia. Bedug tersebut diberi nama Kyai Bagelan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bedug Pandawa. Bedug ini dibuat dari pangkal pohon jati raksasa dari Dukuh Pandawa, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Bedug ini dibuat atas saran dari Tumenggung Prawiranegara (adik Tumenggung Cokronagoro I). Bedug terbesar ini memiliki ukuran garis tengah bagian depan 194 cm, garis tengah bagian belakang 180 cm, panjang 292 cm dengan keliling bagian depan 601 cm dan bagian belakang 564 cm. Kulit bedug ini semula terbuat dari kulit banteng, namun sekarang telah diganti dengan kulit lembu. Alasan bedug ini menjadi bedug terbesar di dunia mungkin dikarenakan tidak semua masjid di dunia khususnya luar Indonesia memiliki bedug. Sehingga sah-sah saja jika Bedug Kyai Bagelan masih dijuluki sebagai bedug terbesar di dunia.

Disarikan oleh Endah Rahmawati