You are currently viewing Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas

Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas

Oleh: Tri Windari Putri

Masjid Agung Banyumas atau Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, terletak disebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas. Sulit untuk mengetahui dengan pasti kapan masjid ini dibangun, namun menurut Babad Banyumas oleh Oemarmadi dan Poerbosewojo tertulis bahwa Balai Si Panji (pendopo Kabupaten Banyumas) diperkikaran berdiri pada 1743, sehingga diperkirakan masjid ini didirikan setelah Balai Si Panji didirikan. Masjid Agung Banyumas didirikan pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II.

Bangunan Masjid Agung Banyumas awalnya arsitektur bangunan atapnya menggunakan anyaman daun tebu dan ubinnya masih terbuat dari semen. Masjid Agung Banyumas tetap berdiri kokoh hingga masa pemerintahan Kolonial Belanda. Bencana banjir menyerang wilayah Banyumas sehingga dulu Masjid Agung Banyumas dan Balai Si Panji digunakan sebagai tempat penggungsian, selain itu akibat bencana banjir ini menimbulkan kerusakan yang parah di Kabupaten Banyumas. Masjid Agung Banyumas kemudian dibangun kembali atau dipugar pada tahun 1899, hal ini didukung dengan temuan pada kayu penggantung bedug terdapat hurus prasasti arab yang tertulis angka 1312, hal ini menurut sejarawan diperkirakan menunjukan tahun 1890. Selain itu pemugaran juga pernah dilakukan sebelumnya, hal ini terlihat dari temuan tulisan angka 1889 pada sisi barat gapura dan tulisan yang berbunyi pemugaran I 1889 dan ke II 1980 pada tempat wudhu perempuan.

Seiring berkembangnya waktu, bangunan Masjid Agung terus mengalami perbaikan. Pada tahun 1980 dilakukan perbaikan berupa pembongkatan pagar tembok di serambi, penggantian atap masjid, pengecetan kembali, dan penggantian usuk serambi. Selanjutnya pengecetan tembok masjid dilalukan kembali pada 1984 dan perbaikan tempat wudhu di sebelah utara pada tahun 1989.

Pada tahun 1992 Masjid Agung Banyumas berganti nama menjadi Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas. Nama Nur berasal dari nama arsitek pembangun masjid yaitu Nurdaiman. Ia merupakan Demang Gumelem sekaligus penghulu masjid. Ia tak hanya mengarsiteki bangunan masjid dibanyumas jasa tetapi juga tempat lain. Salah satunya Masjid Agung Darussalam di Kabupaten Cilacap. Sedangkan nama Sulaiman diambil dari penyiar agama yang berdakwah di Masjid Agung, yaitu Ki Sulaiman.

Muskipun terus mengalami perbaikan, namun Masjid Agung Nur Sualaiman ini tetap menjaga bentuk bangunan dan ornamen aslinya. Jendela-jendela masjid di sekeliling tembok masih menggunakan kayu jati. Mihrab atau ruang imam terpisah dengan atap bangunan utama, ruang mihrab memiliki atap sendiri. Mustaka masjid ini berbentuk gada.

Referensi: Ferian Pradipta, Sejarah Arsitektur Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas tahun 1980-2016, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2017

https://m.republika.co.id/berita/mengenal-cagar-budaya-masjid-nur-sulaiman-banyumas. Diakses pada 12 Agustus 2020