You are currently viewing Makam Syech Domba

Makam Syech Domba

Menurut babad maupun cerita rakyat, tokoh utama yang dimakamkan di situs makam Syeh Domba adalah Syeh Domba. Beliau adalah pengikut setia Ki Ageng Pandanarang atau lebih dikenal dengan Sunan Bayat atau Sunan Tembayat.

Dikisahkan pada waktu itu Adipati Semarang, yaitu Ki Ageng Pandanarang, yang telah meninggalkan kemewahan duniawi melakukan perjalanan menuju ke pegunungan bagian selatan dengan tujuan menyiarkan agama islam. Di tengah perjalanan menuju ke Bayat, rombongan Ki Ageng Pandanarang dicegat oleh tiga orang penyamun, sehingga tempat kejadian itu dinamakan Desa Salatiga (salah tiga = tiga orang yang bersalah). Salah seorang penyamun itu dikutuk menjadi seekor domba dan setelah bertobat ia dibebaskan dari kutuk dan menjadi pengikut Ki Ageng Pandanarang. Ia kemudian mempelajari agama islam serta ikut menyiarkan agama islam. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Syeh Domba, dan setelah meninggal beliau dimakamkan di atas Gunung Cakaran.

Makam Syeh Domba merupakan salah satu cagar budaya berlatarbelakang agama islam di Kabupaten Klaten. Makam tersebut berada diatas sebuah bukit yang oleh penduduk setempat disebut dengan nama Gunung Cakaran dan dikitari oleh perbukitan disekelilingnya. Untuk menuju ke makam, orang harus naik melalui tangga yang cukup terjal. Makam Syeh Domba merupakan sebuah komplek yang terdiri dari Makam Syeh Domba, tempat melakukan tahlil, tempat menerima tamu, dan tempat menyajikan makanan bila ada kegiatan dilingkungan makam. Di bukit tersebut juga terdapat tiga makam lain yang merupakan makam mantan juru kunci.

Makam Syeh Domba merupakan makam kuno dengan nisan yang dibuat dari bahan kayu. Selama ini makam diselubungi dengan kain putih dan kain tersebut hanya dibuka pada waktu acara nglangse  yang dilaksanakan sebelum bulan puasa setiap tahunnya.

Nisan Makam Syeh Domba berukuran 190cm x 190cm x 110cm, terdiri dari 9 susunan kayu dari bahan jati dengan ukuran yang sama dari bawah ke atas. Setiap susunan terdiri dari 4 papan kayu yang saling dikaitkan sehingga membentuk persegi panjang berukuran 190cm x 18cm x 7cm.  Bentuk tersebut diperoleh dengan cara mengaitkan masing-masing papan kayu menggunakan balok-balok pengikat dari kayu. Pasangan kayu tersebut dipasang berjajar dua kesamping dan Sembilan susunan keatas. Nisan tersebut polos tanpa hiasan/lukisan apapun kecuali takikan yang berupa simbar pada dua lapis kayu paling bawah. Jumlah papan keseluruhan sebanyak 36 buah sedangkan balok pengikat juga berjumlah 36 buah.

Kondisi makam yang terbuat dari kayu tersebut telah mengalami beberapa kerusakan karena pelapukan yang terjadi selama ini. Hal ini disebabkan konstruksi awal makam semula tertanam pada tanah sedalam 10cm. Walaupun nisan sekarang sudah disangga dengan plester keramik namun kayunya masih diserang rayap yang berasal dari tanah makam.

Jenis kerusakan yang terjadi adalah aus/lapuk dimakam usia. Selain itu keropos karena dimakan rayap dan teter. Pertumbuhan jasad di kayu makam tersebut terutama didominasi oleh algae. Algae banyak tumbuh di tiga lapis kayu makam terbawah karena kondisi yang lembab. Kotoran berupa debu ditemukan di seluruh lapisan kayu.

Prasarana yang terdapat di Makam Syeh Domba berupa papan nama dan papan larangan yang kondisinya sudah rusak. Sedangkan papan informasi dan papan petunjuk tidak tersedia di lokasi. Papan larangan perlu diperbaiki mengingat tahun 2005 nisan Makam Syeh Domba akan diganti dengan marmer. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat  lebih memahami arti penting BCB sehingga dapat ikut serta memelihara tidak merusak atau mengganti material BCB.

(Disarikan dari laporan BPCB Jateng oleh Mahasiswa PKL Unnes Semarang)