Lingga-Yoni

Selain digambarkan dalam berbagai wujud antropomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya lingga adalah pilar cahaya (the column of light), yang merupakan simbol benih dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal. Lingga semacam ini disebut Joytirlinga. Siwa sendiri merepresentasikan dirinya ke dalam wujud pilar api pada mitologi Linggotbhawa murti.

Selain Joytirlinga, terdapat juga manusa lingga, yaitu lingga yang merupakan simbol dari organ maskulin. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah, berbentuk persegi, disebut brahmabhaga; bagian tengah yang berbentuk segi enam yang disebut wisnubhaga; dan bagian yang paling atas, berbentuk silendris, disebut rudrabhaga. Pada bagian rudrabghaga-nya terdapat hiasan garis melengkung yang disebut brahmasutra.

Sebagai simbol organ maskulin, lingga mengandung energi penciptaan. Akan tetapi energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang disimbolkan dalam wujud yoni, untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut. Dengan demikian, penyatuan antara lingga sebagai organ maskulin dengan yoni yang merupakan simbol organ feminin akan menghasilkan energi penciptaan, yang merupakan dasar dari semua penciptaan.

Penggambaran lingga-yoni sebagai simbol Siwa dan sakti-nya banyak dijumpai di garbhagreha candi untuk pemujaan Siwa, menggantikan kehadiran Siwa itu sendiri. Candi-candi periode Jawa Tengah Kuna yang garbhagreha-nya ditempati lngga-yoni misalnya adalah Candi Gunungwukir, Candi Sambisari, dan Candi Ijo.

Berbeda dengan umumnya, lingga-yoni yang ditemukan di Tanjungtirta, Prambanan, tidak ditemukan di dalam bangunan candi. Meskipun kemungkinan besar dahulunya juga berada di dalam candi, mengingat di sekitar temuan lingga-yoni tersebut ditemukan sebaran batuan candi. Lingga-yoni Tanjungtito adalah yang paling bagus dan istimewa, karena pada bagian tubuh yoni-nya diberi hiasan sulur-suluran, demikian juga pada lis atasnya. Tidak hanya itu, ceratnya pun disangga oleh kepala naga dan diberi bantalan padma. Hiasan kala ditempatkan pula pada ceratnya. Keberadaan naga dan kala pada lingga-yoni Tanjungtirto tersebut, keduanya mempunyai arti simbolis yang berkaitan dengan ritual pensucian.

Di India, terdapat tradisi pemujaan lingga sebagai aspek Siwa. Dalam kedudukan seperti ini, lingga biasanya diberi hiasan muka Siwa. Lingga semacam ini disebut mukha lingga. Jumlah muka yang digambarkan bervariasi, ada yang satu, empat, dan lima. Apabila hanya terdapat satu hiasan muka, disebut eka mukha lingga. Catur mukha lingga serta panca mukha lingga adalah sebutan untuk lingga yang mempunyai hiasan muka empat dan lima. Periode Jawa Tengah Kuna tidak mempunyai tradisi penggmabar lingga seperti ini. Lingga sering juga ditemukan tidak berpasangan dengan yoni, akan tetapi berdasarkan ciri-cirinya yang memiliki unsur-unsur brahmabhaga, wisnubhaga, dan rudrabhaga maka lingga tersebut merupakan bagian dari lingga-yoni. Di sisi yang lain, terdapat juga lingga yang berdiri sendiri, tetapi memiliki ciri berbeda dengan manusa lingga. Lingga yang dimaksud adalah pseudo lingga atau lingga semu, yang cirinya tidak memiliki bagian segi enam. Lingga semu hanya memiliki bagian silendris dan persegi saja,   fungsinya adalah sebagai patok atau batas , misalnya batas halaman candi atau batas wilayah yang ditetapkan sebagai sima. Oleh karena itu, lingga semacam itu pun disebut lingga patok.

Berbeda dengan lingga, yoni seringkali ditemukan tanpa lingga. Terdapat tradisi penggunaan yoni tidak bersama dengan lingga. Dalam hal ini, yoni tetap mempunyai peran sebagai simbol organ feminin yang menjadi simbol kesuburan. Sebagai simbol kesuburan, penggunaan yang paling banyak adalah yang dikaitkan dengan kesuburan lahan, sehingga sebaran yoni periode Jawa Tangah Kuna ini banyak ditemukan di wilayah-wilayah yang subur sebagai lahan pertanian, misalnya wilayah Kedu, Klaten, dan Sleman. Bentuk yoni kategori ini bervariasi, mulai dari bentuk yoni yang sudah dikenal, yaitu seprti lumpang yang bercerat, hingga bentuk yoni yang dijajarkan dua atau tiga. Bentuk yoni yang berjajar dua atau tiga, antara lain ditemukan di wilayah Kedu.

Akan tetapi, ada juga yoni yang bentuknya sangat sederhana, berbentuk bulat pipih dengan goresan di atasnya yang menggambarkan cerat, seperti koleksi PB3 Jawa Tengah yang diberi nomor 1029. Bentuk dasar yoni seperti itu, ditemukan juga di India, meskipun dalam konfigurasi yang berbeda, karena yoni serupa yang ada di India disertai dengan lingga.

lingga

Lingga-Yoni Tanjungtirta, Prambanan

(Repro: Bernet Kempers, 1959)