You are currently viewing Latar Belakang Gaya Arsitektur Candi Sukuh

Latar Belakang Gaya Arsitektur Candi Sukuh

Oleh: Isbania Afina Syahadati

Menilik salah satu candi yang terletak di Karanganyar Jawa Tengah yakni, Candi Sukuh memiliki gaya arsitektur yang berbeda dari candi pada umumnya. Tentu saja gaya arsitektur dari Candi Sukuh ini memiliki latar belakang yang dapat diteliti lebih lanjut. Mengingat candi ini dibangun pada masa Majapahit, oleh karenanya candi ini berlatar belakang Hindu. Candi Sukuh didirikan pada abad 15 M pada masa pemerintahan Ratu Suhita. Selain itu, candi ini memiliki aliran yang cukup kuat, terlihat dari gaya arsitekturnya. Candi Sukuh beraliran Tantrayana, dimana aliran ini berkembang dan tercatat pada tulisan di India, Tibet dan Cina. Masuknya aliran yang berasal India ini telah tertuang baik dalam filsafat, kesenian, agama, maupun budaya. Tantrayana sendiri sering dikaitkan dengan pengalaman seksual, sehingga beberapa relief maupun arca yang terdapat pada Candi Sukuh terlihat vulgar. Sebenarnya, dalam aliran Tantrayana ini digambaran bagaimana cara menghargai proses awal kehidupan di bumi yang diciptakan melalui wanita. Oleh karenanya, kepercayaan ini tampak mengedepankan ritual-ritual yang selalu dihubungkan dengan hasrat seksual antara pria dan wanita.

Komplek candi Sukuh menghadap ke barat dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras yang berundak. Relief yang terdapat pada candi pun juga melambangkan ketiga dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci, dunia tengah dilambangkan dengan relief Ramayana, Garudeya dan Sudhamala, sedangkan dunia atas dilambangkan dengan relief Swargarohanaparwa. Dari ketiga penggambaran dalam relief tersebut menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk mencapai nirwana. Candi Sukuh juga memiliki tatanan yang tidak biasa dijumpai pada candi lain. Biasanya candi memiliki tatanan linear yang terbagi atas 3 halaman yang memiliki sumbu imajener mengarah pada Gunung Lawu. Pada bagian lantai candi juga ditemukan relief symbol alat kelamin pria dan wanita. Hal tersebut sesuai dengan kepercayaan Hindu yang banyak menggunakan symbol lingga-yoni. Aliran Tantrayana bermaksud untuk meninggikan wanita sebagai awal dari kreasi manusia. Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap Dewi Durga sebagai ibu. Orientasi Candi Sukuh menghadap kea rah barat yang merupakan manifestasi dari arah kematian. Sementara halamnnya meninggi kea rah timur, berorientasi pada matahari terbit. Sumbu barat-timur ini merupakan warisan zaman Hindu-Jawa.

Pengaruh Tantrayana pada Candi Sukuh telah terlihat secara jelas melalui relief yang menggambarkan alat reproduksi manusia. Jika ditinjau dari segi bangunannya, Candi Sukuh ini berbeda berbeda dengan sosok candi sebelumnya yang berbentuk Menara. Candi ini berbentuk punden berundak karena mengadaptasi sosok bangunan kebudayaan Megalithikum Pra-Hindu di Jawa. Hal ini telah menunjukkan bahwasanya gaya arsitertur Candi Sukuh merupakan perpaduan kebudayaan luar dan local namun tetap tercipta harmonis.

Sumber:

Heri Purwanto, Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum RSI, Berkala Arkeologi, Vol. 37 No. 1, Mei 2017.

Indri A. Wirakusumah, Langgam Arsitektur Candi Sukuh, Jurnal Arsitektur dan Perencanaan Kota, Vol. 14 No.1, Maret 2017.

Muji Soewasta, Menyingkap Latensi Eksotik Candi Sukuh Melalui Media Fotografi, Jurnal ISI, Vol.11 No.2, Juli 2014.