You are currently viewing Kriya Batu, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Kriya Batu, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Hasil kriya paling tua yang dapat dirunut melalui data arkeologis adalah kriya batu. Penggunaan bahwa batu untuk membuat berbagai macam hasil kriya merupakan wujud kemampuan manusia dalam memilih dan menggunakan bahan yang berlimpah di sekitarnya secara langsung. Kriya batu dikenal sejak jaman prasejarah, bahkan merupakan salah satu kriya yang dominan pada waktu itu. Dominasi kriya batu pada masa ini secara universal digunakan untuk menandai pembabakan jaman Prasejarah. Pembabakan yang dimaksud adalah jaman paleolitik, mesolitik, dan neolitik yang dasarnya adalah tingkat perkembangan teknologi pembuatan alat batu. Selain itu, terdapat karya seni jenis batu yang terutama berkembang pada masa neolitik-logam awal, yaitu budaya megalitik. Budaya megalitik ini dominasi oleh seni bagunan dan seni arca untuk pemujaan nenek moyang, sehingga pembicaraannya dalam buku ini dapat ditemukan pada sub bab seni bangunan dan seni arca.

Jenis batu yang dipilih sebagai bahan untuk mengahasilkan kerajinan batu bervariasi, misalnya batu andesit, jasper, agat, kallsedon, karnelian, obsidian, gamping kersikan, dan kuarsa, yang umumnya memiliki tingkat kekerasan antara 6-7 skala Mohs. Beberapa diantara jenis bebatuan tersebut dapat digosok menjadi halus dan mengkilap. Penggunakan bahan batuan tidak hanya pada masa prasejarah saja, melainkan terus digunakan dan dikembangkan sampai masa sekarang.

(Foto: Kepala Arca Temuan Candi Sewu)