You are currently viewing Keunikan Situs Cagar Budaya “Masjid Gala”

Keunikan Situs Cagar Budaya “Masjid Gala”

Sejarah Islam menempati posisi tersendiri dalam sejarah panjang Nusantara setelah berakhirnya masa Hindu-Budha. Islam menjadi sebuah kekuatan yang berpengaruh melalui serangkaian gelombang dalam berjalannya sejarah. Proses islamisasi yang telah berlangsung selama berabad-abad lamanya tentunya membawa pengaruh dan perubahan kebudayaan tersendiri bagi nusantara. Adapun salah satu bentuk Kebudayaan yang ditinggalkan adalah bangunan berupa Masjid. Salah satu masjid peninggalan masa Islam yang ada di Jawa Tengah adalah Masjid Gala. Masjid Gala terletak di Kelurahan Paseban, Kecamatan Tembayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dinamakan masjid Gala karena masjid ini berdiri di atas sebuah bukit kecil yang bernama Gala.

Banyak cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sekitar mengenai asal usul berdirinya Masjid ini, satu di antaranya menyebutkan bahwa Semula masjid Gala dibangun oleh ki Ageng Pandanarang di atas bukit Jabalkat, tetapi kemudian dipindah dengan cara ditarik ke bawah. Dikisahkan pula bahwa Sultan demaklah yang menghendaki agar masjid Gala dipindahkan, karena ketika masih berada di puncak gunung Jabalkat, suara adzan yang dikumandangkan terdengar sampai Demak sehingga dipandang dapat menyaingi Masjid Agung Demak.

Ada lagi sumber yang menyebutkan bahwa Sunan Bayat kurang puas dengan masjid yang didirikan di atas Gunung Jabalkat, kemudian beliau ingin membangun lagi di bawah gunung Jabalkat yang kemudian diberi nama Masjid Gala. Huruf ‘ga’ di sini mengandung nilai 1 dan ‘la’ mengandung nilai 7. Jadi gala mengandung nilai 17 yang berarti di dalam masjid ini dilakukan shalat sejumlah 17 rakaat.

Masjid Gala berbentuk bujur sangkar dan hanya terdiri dari ruang utama dengan beberapa buah pintu serta jendela yang terbuat dari kayu jati. Lantai masjid ini berbahan dasar tegel bewarna abu-abu, sedangkan dinding-dindingnya terbuat dari pasangan bata dengan spesi semen campur.Di dalamnya, terdapat Bedug, kentongan, Mimbar, Tempat wudhu, Padasan, dan Bekas Umpak Saka. Meskipun dikategorikan dalam masjid yang berukuran kecil, namun masjid ini memiliki beberapa keunikan. Keunikan yang pertama adalah Masjid ini berdiri di atas bukit, dimana tinggi dari permukaan dataran sekitarnya kurang lebih 12 m. Dalam pembangunan masjid ini, rupanya mendasarkan pada tradisi sebelumnya yaitu menempatkan bangunan suci di tempat yang tinggi. Oleh sebab itu, masjid Gala dibangun di atas bukit Gala. Keunikan yang kedua dari Masjid gala ialah tidak memiliki serambi dan pawestren seperti masjid-masjid pada umumnya.Di sekitar Masjid Gala, terdapat kompleks pemakaman yaitu di halaman kedua, di sebelah barat dan Selatan Masjid. Menurut Juru Kunci Masjid Gala, di antara makam-makam tersebut terdapat makam keturunan Ki Ageng Pandanarang, salah satunya di sebelah Barat Masjid ini terdapat makam Pangeran Mindel IV yang merupakan keturunan ke-9 Sunan Pandangarang. (Disarikan oleh Dwi Astuti)