You are currently viewing Kelenteng Bukti Eksistensi Komunitas Cina di Jawa Tengah

Kelenteng Bukti Eksistensi Komunitas Cina di Jawa Tengah

Pada masa kolonial, gaya bangunan di Jawa Tengah di perkaya dengan masuknya pengaruh eropa. Di kota-kota besar mulai bermunculan bangunan-bangunan bergaya khas eropa. Disamping itu perlu di ketahui juga keberadaan bangunan-bangunan Cina yang dapat dijumpai di banyak kota di Jawa Tengah. Bangunan-bangunan ini berwujud rumah tinggal dan kelenteng. Kelenteng merupakan peribadatan. Dalam Bahasa Cina tempat peribadatan disebut bio.

Sebenarnya keberadaan komunitas Cina di Jawa Tengah sudah lama sekali yaitu pada masa Kesultanan Demak. Salah satu cerita yang cukup terkenal adalah kedatangan Cheng Ho, seorang duta kasisar Cina ke Semarang. Disebutkan bahwa di daerah itu sudah ada pumikiman orang Cina. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat ini pindah ke daerah yang kemudian menjadi Pecinan.

Banyak daerah di Jawa Tengah yang memiliki kelenteng dimana komunitas Cina juga bermukim di daerah tersebut. Daerah-daerah yang mempunyai kelenteng antara lain yang letaknya di pesisir seperti Tegal, Demak, Semarang, dan Lasem dan daerah-daerah yang letaknya di pedalaman antara lain Surakarta, Purworejo, Blora, dan Kudus.

Kelenteng secara garis besar dapat dikenali dari seni bangunanya yang spesifik antara lain bubungan atap yang melengkung dengan ornamen naga diatasnya. Atapnya biasanya ditutup dengan genting berglasir. Ciri yang lain yang cukup mencolok adalah bangunan biasanya menggunakan warna merah dan emas. Kelenteng mempunyai ruang tengah yang sangat luas dan sayap kiri kanan untuk tempat persembayangan. Ruangan-ruangan ini biasanya terdapat meja-meja sembayangan, arca-arca dewa, tempat liili, tempat pembakaran dupa, dan tempat menancapkan lidi hio.

Sumber: Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Buku Terbitan BPCB Jateng bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi FIB UGM