You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Pada Masa Klasik (8)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Pada Masa Klasik (8)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Di arah timur Candi Sewu terdapat suatu percandian buddhistis, yaitu Percandian Plaosan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Percandian ini terdiri atas dua kelompok bangunan, yang disebut Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Dalam penelitian yang dilakukan selama pemugaran diperoleh data tentang adanya pagar keliling yang melingkupi wilayah seluas 460 x 290 m, dan parit keliling sepanjang 440 x 270 m. Kelompok Plaosan Lor memiliki dua candi utama dalam posisi berjajar utara-selatan, dan menghadap barat. Kelompok berikutnya berada di sebelah utaranya, berupa sebuah batur pendopo yang dikelilingi dua deret stupa. Kedua candi utama itu, memiliki halaman sendiri-sendiri yang dibatasi pagar batu dengan pintu-pintu gerbang. Kedua halaman itu dikelilingi oleh tiga deret candi perwara dan stupa kesemuanya berjumlah 174 buah.

Menarik perhatian bahwa kedua candi utama Plaosan Lor memiliki dua lantai, masing-masing memiliki tiga bilik dengan pintu-pintu penghubung dan jendela-jendela. Ketiga bilik pada lantai dasar masing-masing dahulu berisi tiga arca batu dari panteon Buddha. Selain itu, di dalam tiap-tiap bilik juga terdapat relung yang dahulu juga diisi arca.

Lantai pada tingkat dua tampaknya dibuat dari kayu, sebagaimana terbukti dari adanya lubang-lubang pada dinding dalam yang diduga merupakan tempat balok-balok kayu penyangga lantai yang terbuat dari kayu pula. Selain itu, terlihat pula adanya struktur batu penyangga tangga, mungkin juga dari kayu menuju ke lantai dua. Diduga lantai dua ini berfungsi untuk menyimpan alat-alat upacara dan benda-benda lain yang dianggap suci.

Berdasarkan penelitian terhadap prasasti-prasasti pendek yang banyak terdapat di percandian Plaosan Lor, serta data arkeologi lain, dapat disimpulkan bahwa percandian tersebut dibangun oleh Sri Kahulunnan Pramodhawardhani sebagai seorang ratu yang beragama Buddha dibantu oleh suaminya Rakai Pikatan, raja yang beragama Hindu. Adapun masa pembangunannya adalah pertengahan abad IX TU. Perlu dicatat bahwa selain candi utama Plaosan Lor ada bangunan candi lain yang mempunyai bentuk serupa, yaitu Candi Sari di Klasan (DIY).