You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Masa Klasik (7)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Masa Klasik (7)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Prasasti Kelurak tahun 782 TU menyebutkan pembangunan suatu bangunan suci agama Buddha atas perintah Rakai Panangkaran pula. Para ahli menginterpretasikan bangunan suci itu sebagai Percandian Sewu, yang terdiri atas 249 bangunan candi, yaitu satu candi induk, delapan candi apit, 240 candi perwara, empat pasang dwarapala, dan pagar keliling . gugusan tersebut disusun dalam suatu tata letak konsentris, dengan orientasi timur-barat serta utara-selatan.

            Tata letak Percandian Sewu melambangkan konsep alam semesta di dalam kosmologi Buddha. Candi induk melabangkan benua pusat dengan merunya. Tujuh rangkaian pegunungan digambarkan dalam bentuk pagar keliling I, candi perwara deret I, deret II, candi apit, candi perwara deret III, candi perwara deret IV, dan pagar keliling II. Tujuh lautan dilambangkan oleh halaman I, halaman di antara pagar I dengan candi perwara deret I, halaman di antara candi perwara deret II dan candi apit, halaman di candi perwara deret III dan IV, serta halaman di antara candi perwara deret IV dan pagar keliling II. Candi induk Sewu yang sudah selesai dipugar tahun 1992 berdiri di tengah halaman I, menghadap ke timur, dengan tinggi bangunan 29,8 m. Denah candi induk Sewu yang sudah selesai dipugar tahun 1992 berdiri di tengah halaman I, menghadap ke timur, dengan tinggi bangunan 29,8 m. Denah candi induk tersebut berbentuk palang bersudut 20 dengan garis tengah berukuran 28,9 m. Dahulu di dalam ruang utamanya terdapat arca Manjusri yang duduk di atas asana, dan diduga terbuat dari perunggu. Sayang, arca ini sekarang sudah tidak ada. bilik-bilik candi induk, candi apit, dan candi perwara di Percandian Sewu tentu dimaksudkan untuk menempatkan arca-arca tokoh-tokoh dalam pantheon agama Buddha, walaupun sekarag arcanya tidak ada lagi.

            Di dalam penelitian yang dilakukan semasa pemugaran, terungkap bahwa inti candi induk Sewu terbuat dari bata, sedang bangunan candinya seluruhnya dibuat dari batu andesit. Hal ini pasti dilandasi oleh konsep keagamaan tertentu, karena bata mengandung lima unsur alam sama dengan unsur prakrti. Dengan demikian, bata yang melambangkan prakrti menjadi inti candi, sehingga candi yang dibuat dengan cara ini telah memenuhi syarat sebagai tempat bersemayam dewa. Penggunaan bata sebagai inti bangunan candi merupakan salah satu bukti keterkaitan aspek teknis dan keagamaan dalam pembangunan candi sebagai bangunan suci.