You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (8)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (8)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Warisan budaya Islam yang tidak dapat diabaikan keberadaannya adalah bina kota (urban design). Kota adalah suatu bentuk pemukiman yang kehidupan di dalamnya bersifat majemuk. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai unsur kota, dalam hal ini unsur budaya fisik. Berbagai unsur kehidupan terwujud dalam bentuk bangunan-bangunan serta toponim (nama tempat) tinggalan masa lalu. Dari sisi yang lain, bangunan dan toponim yang menggambarkan kehidupan sosial-politik-budaya-ekonomi penduduk kota masa lalu tampak tertata mengikuti pola tertentu. Ketertaan tersebut mengindikasikan adanya konsep yang mendasarinya.

Sangat menguntungkan bahwa kota-kota dari zaman Islam yang ada di Jawa Tengah masih dapat dirunut, karena tinggalannya secara garis besar relatif masih jelas. Jawa Tengah beruntung karena kota-kota Islam di wilayah tersebut terdiri atas dua jenis, yakni;

  1. Kota pusat pemerintahan, seperti Demak, Kartasura, Surakarta, Jepara, dan Semarang
  2. Kota keagamaan, seperti Kudus

Bangunan-bangunan utama kota kuna Islam di Jawa, khususnya Jawa Tengah, yang masih dapat dirunut adalah kraton atau dalem, masjid, pasar, serta alun-alun untuk kategori kota pusat pemerintahan. Lokasi tempat bangunan-bangunan tersebut berada disebut pusat kota (civic center). Alun-alun sebagai kota publik dikelilingi kraton/kabupaten di selatan, masjid di barat, dan pasar di utara. Keempat komponen kota Islam itu saling terkait. Ternyata susunan tersebut diawali oleh kota Demak sebagai kota kerajaan Islam pertama di Jawa. Pola itu kemudian dianut bagi bina kota pusat-pusat pemerintahan baik kerajaan maupun Kabupaten yang lahir setelah Demak. Hanya posisi dalem Kabupaten yang seringkali berubah, tidak di selatan alun-alun melainkan di utaranya.

Setelah Belanda masuk sebagai penguasa baru, seringkali mereka mengintervensi tata kota tradisional tersebut. Mereka menyisipkan bangunan-bangunan ke dalamnya, seperti Benteng Vastenburg di Surakarta, penjara di Demak, gereja dan kediaman residen di Surakarta. Akan tetapi di Semarang VOC mula-mula membuat permukiman sendiri terpisah dari kota tradisional Semarang.

Keterangan Foto: Masjid Agung Surakarta