You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (5)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (5)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Di wilayah Kabupaten Jepara tepatnya di Desa Mantingan berdiri masjid Mantingan yang di belakangnya terdapat makam Ratu Kalinyamat dan keluarganya. Pada dinding ruang utamanya terdapat sengkalan: rupa brahmana warna sari yang berarti tahun 1481 TS= 1559 TU. Masjid Mantingan ini terkenal karena kekayaannya akan ornamen-oramen dekoratif yang ditempelkan pada dinding serambi.

Masjid kuna lain di wilayah Propinsi Jawa Tengah adalah Masjid Agung Surakarta yang dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana III. Pada masjid yang berstatus masjid kerajaan ini sudah mulai masuk unsur seni bangunan luar Indonesia. Hal ini tampak dari adanya kolom-kolom bulat di serambi, gapura masuk ke halaman masjid yang berunsur seni bangunan Arabia, dan menara bergaya Qutb Minar (India) yang merupakan penambahan pada tahun 1923. Meskipun demikian, unsur seni bangunan tradisional Jawa seperti atap tumapng dengan mustaka-nya, kolam di depan serambi-meskipun kemudian diredusir-masih tetap digunakan pada bangunanmasjidnya sendiri. Sesuai dengan tradisi yang masih berjalan, di halaman depan Masjid Agung Surakarta terlihat adanya sepasang Bangsal Pagongan. Kedua bangunan tersebut digunakan untuk tempat gamelan yang dibunyikan pada waktu upacara Sekaten. Hal yang sama juga terjadi di Masjid Agung Yogyakarta.

Pada akhir abad XIX pemakaian unsur-unsur seni bangunan negeri lain makin banyak frefekuensinya. Contohnya dalah pemakaian kubah sebagai alternatif lain dari atap tumpang, dan elemen-elemen seni bangunan Barat: tegel/ubin, tiang gaya Ionia dan Doria, serta jendela berukuran besar. Salah satu contoh masjid yang termasuk kategori tersebut ialah Masjid Agung Pekalongan. Penggunaan kubah kem,udian ternyata menimbulkan pengertian yang salah kaprah bahwa kubah identik dengan masjid, sehingga sering terlihat atap tumpang yang diberi mustoko berbentuk kubah.

Masjid kuna lain berdiri di kawasan Tembayat, Kabupaten Klaten, yaitu masjid Gala yang keberadaannya sering dihubungkan dengan Sunan Tembayat. Keistimewaan masjid Gala adalah lokasinya di atas bukit yang dibuat berundak, dan tidak mempunyai serambi. Bukit tempat Masjid Gala berdiri adalah anak bukit Jabalkat tempat Sunan Tembayat dimakamkan.

Di wilayah Kabupaten Kebumen dan Banyumas ada tiga masjid yang mempunyai bentuk unik, karena hanya mempunyai satu saka guru. Ketiga bangunan masjid itu satu terdapat di Desa Pakuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen; sedangkan dua masjid berdiri di wilayah Kabupaten Banyumas, masing-masing di Desa Pakuncen, Kecamatan Pakuncen (Masjid Darussalam); dan di Desa Cikaka, Kecamatan Wangon (Masjid Baitussalam). Meskipun mempunyai persamaan dalam seni bangunannya, tetapi ketiga masjid yang memiliki hanya satu saka guru ini dibangun tidak dalam masa yang bersamaan. Masjid Saka Tunggal yang di Kabupaten Kebumen diduga dibangun pada awal abad XVIII, Masjid Saka Tunggal Baitussalam dibangun pada abd XIX, sedang Masjid Saka Tunggal Darussalam dibangun pada awal abad XX.

Keterangan Foto: MASJID SAKA TUNGGAL ‘ DARUSSALAM ‘DESA PEKUNCEN  KEC. PEKUNCEN KAB. BANYUMAS