You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca Dan Penyebarannya (Selesai)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca Dan Penyebarannya (Selesai)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Arca dari Kebudayaan Cina dan Eropa

Pada masa Islam bentuk-bentuk arca sangat jarang ditemukan tetapi muncul seni pahat itu dapat ditemukan di Masjid Mantingan Jepara berupa pahatan (relief). Seni pahat ini merupakan seni pahat terpenting pada masanya karena keunikan dan kelangkkannya. Seni pahat itu perpaduan seni lokal dengan seni asing yang sering disebut Arabesk. Motif seni pahat ini berupa sulur-suluran yang berpadu membentuk motif hias seperti pada seni hias di dunia Arab. Bentuk lain yang muncul adalah seni pahat yang masih melanjutkan bentuk masa Hindu Buddha seperti motif binatang tetapi sudah disamarkan sehingga bentuk aslinya tidak terlihat dengan jelas. Motif ini sering disebut Stiliran.

Pada masa Kolonial hasil budaya berbeda dengan masa Islam seni arca dapat ditemukan kembali. Pada masa ini muncul bentuk-bentuk seni arca berupa patung karena pada masa itu kebudayaan Barat banyak mendominasi. Beberapa contoh seni arca pengaruh Barat adalah patung-patung malaikat yang terdapat pada Kraton Mangkunegaran dan Kraton Kasunanan Surakarta.

Seni arca juga berkembang pada masyarakat Cina di Jawa. Dalam ajaran masyarakat Cina tersebut, mengenal bentuk-bentuk pemujaan melalui media arca. Bentuk-bentuk seni arca yang dihasilkan antara lain berupa patung-patung dewa serta patung-patung binatang yang memiliki simbol-simbol tertentu yang biasanya terdapat pada tempat ibadah mereka yaitu Klenteng. Beberapa patung dewa antara lain arca Buddhis seperti Maitreya, serta arca lain seperti Lai Ji Hud, serta Kwan Sie Im Poo Sat yang dalam agama Budha biasa dikenal dengan Awalokiteswara Bodhisattwa. Beberapa arca yang cukup banyak ditemukan di kelenteng selain arca dewa adalah patung-patung binatang yang memiliki simbol-simbol tertentu misalnya naga, burung, harimau, singa, rusa, gajah, dan kelelawar dipakai sebagai lambang untuk mencapai Cina tujuan agar diri mereka memiliki kesamaan sifat dengan binatang tersebut. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa binatang-binatang tersebut memiliki kekuatan alami yang daat berpindah dan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka. Bentuk-bentuk seperti ini dapat dijumpai pada Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok serta Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang.

Foto: Pura Mangkunegara