You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca dan Penyebarannya (4)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Arca dan Penyebarannya (4)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Menurut asumsi para ahli, Cndi Bano abad (IX TU) terletak di daerah Borobudur, tidak jauh dari Candi Mendut dan Pawon. Pada saat ini Candi Banon sudah tidak ditemukan lagi, akan tetapi candi tersebut meninggalkan arca yang mempunyai kualitas sangat bagus. Bahkan arca Candi Banon merupakan kelompok arca yang paling bagus yang ditemukan di Jawa Tengah. Arca-arca yang berasal dari Candi Banon saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta, dan terdiri atas arca Siwa, Wisnu, Brahma, Agastya, dan Ganesa.

Arca Siwa, Brahma, Wisnu, dan Agastya yang berasal dari Candi Banon digambarkan dengan sikap berdiri tegak dengan atribut yang sudah tidak lengkap lagi. Ciri Siwa yang masih tampak pada arca hanyalah pakaiannya yang terbuat dari kulit binatang dan lembu Nadi yang digambarkan njerum di belakangnya. Brahma ditandai dengan penggambaran caturmukha, Wisnu ditandai dengan hadirnya sepasang sayap milik Garuda Suparna di belakang kakinya, sedangkan Agastya ditandai dengan penggambarannya yang memakai mahkota jatamakuta, berjenggot, dan tundila (berperut buncit).

Arca Ganesa dari Candi Banon kondisinya paling baik, digambarkan mempunyai kepala dan kaki gajah, serta mempunyai tangan empat. Masing-masing tangannya membawa aksamala (tasbih), parasu (kapak), patahan gadingnya, dan mangkuk. Sikap duduknya disebut utkutikasana. Selain dikenal sebagai anak Siwa, Ganesa juga dikenal sebagai ganapati (pemimpin para gana) dan dewa penghalang rintangan. Sebagai ganapati, ia ditempatkan dalam bilik atau relung candi untuk mengiringi Siwa yang berkedudukan sebagai dewa utama. Sementara dalam perannya sebagai dewa penggalang rintangan, Ganesa disebut Wignehwara yang dipuja sendiri dan biasanya ditempatkan di tempat-tempat yang dianggap berbahaya, misalnya di pinggir sungai.

Foto: Arca Ganesha