You are currently viewing Cerita di Balik Bangunan Kolonial di Jawa Tengah

Cerita di Balik Bangunan Kolonial di Jawa Tengah

Jawa Tengah mempunyai sejarah yang panjang. Daerah ini telah mengarungi waktu yang sangat lama yaitu sejak jaman prasejarah sampai dengan sekarang. Fakta ini membuat Jawa Tengah kaya akan potensi cagar budaya dari masa prasejarah sampai dengan kolonial. Bangunan yang sampai sekarang cukup menonjol adalah bangunan dari masa kolonial.

Setelah dipengaruhi budaya Islam, bangunan di Jawa Tengah di pengaruhi oleh budaya barat seiring dengan masuknya bangsa Belanda. Selain budaya, faktor lain yang mempengaruhi adalah bidang politik, ekonomi, dan sosial. Awalnya bangunan-bangunan yang dibangun adalah benteng. Hal ini berkaitan dengan motif Belanda untuk menegakkan kekuasaannya. Benteng-benteng yang sampai sekarang masih dapat dijumpai  dan utuh adalah Benteng Pendem, Benteng Unggaran, dan Benteng di Gombong. Sedangkan yang berupa sisa-sisa antara lain Benteng Vastenburg, Benteng Karangbolong di Nusakambangan, Benteng Portugis Jepara, dan Benteng VOC Jepara.

Selanjutnya untuk menunjukkan kemegahan dan kekuasanaannya, penguasa kolonial mendirikan bangunan yang berbeda gayanya dengan gaya arsitektur pribumi. Unsur-unsur seni bangunan Eropa memasukkan beberapa gaya antaralain doria, ionia, korintia yang ditunjukkan di Kawasan Kota Lama Semarang.

Dalam Perkembangan selanjutnya, gaya arsitektur Eropa mulai bercampur dengan gaya arsitektur tradisional yaitu gaya arsitektur Jawa. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi iklim tropis Indonesia. Gaya rumah Jawa diakui merupakan gaya arsitektur bangunan yang cocok dengan iklim tropis.

Perjalanan selanjutnya, bangunan kolonial dan tatakota sangat dipengaruhi oleh beberapa arsitek ternama. Salah satu arsitek yang sangat berpengaruh adalah Herman Thomas Karsten. arsitek ini merancang bangunan individual maupun kota dengan memperhatikan filsafat, alam pikiran, dan ekologi alam sekitar. Salah satu karya Thomas Karsten yang cukup fenomenal adalah Pasar Johar di Semarang. Pasar ini merupakan pasar terbesar dan termodern pada saat itu. Pasar ini dirancang dengan perencanaan yang sangat matang dan detail memperhatikan funsi dan kenyamanan orang yang beraktifitas didalamnya.

Sumber: Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, terbitan BPCB Jateng bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi, FIB, Universitas Gajah Mada