You are currently viewing Candi Setyaki

Candi Setyaki

Candi Setyaki berada di komplek percandian Dieng, Kompleks ini diperkirakan dibangun abad 8-9 M  dan  merupakan kompleks percandian agama Hindu. Candi ini terdiri dari 1 (satu ) candi induk, tidak terdapat candi perwara. Akan tetapi, yang menarik dari candi ini adalah terdapat bangunan berbentuk batur yang mirip seperti bangunan dharmasala, terletak di sebelah barat Candi Setyaki. Sifat ke-Hinduan tersebut dilihat dari relief tokoh dewa yang terdapat di dinding bagian tubuh candi. Relief tersebut sudah tidak lengkap lagi, akan tetapi dilihat dari sisa reliefnya ada yang masih dapat diidentifikasi yaitu adanya relief Kartikeya. Dalam agama Hindu, Kartikeya merupakan dewa perang dan salah satu putra dari Dewa Siwa. Kartikeya memiliki wahana berupa merak. Diidentifikasi sebagai Kartikeya, karena tokoh tersebut digambarkan mengendarai merak.

kartikeya

Selain adanya relief Kartikeya, ciri agama Hindu yang terdapat di Candi Setyaki ini diperkuat juga mengenai adanya tokoh yang digambarkan memakai atribut Dewa Siwa. Meskipun juga sudah tidak lengkap lagi akan tetapi atribut tokoh tersebut masih jelas yaitu berupa camara/ kebut lalat.

Selain relief tokoh-tokoh tersebut di atas, Candi Setyaki ini juga memiliki ragam hias yang cukup menarik. Hiasan tersebut berupa relief binatang, akan tetapi perlu penelitian lebih lanjut mengenai makna relief-relief binatang tersebut. Panil relief binatang tersebut terletak di tubuh candi bagian bawah.

kijang

Candi Setyaki pada saat ditemukan bagian yang tersisa hanya pondasi kaki, namun sisa-sisa komponen bangunannya masih berada disekitar bangunan candi tersebut. Mengingat keadaan tersebut maka candi ini memerlukan upaya-upaya pelestarian. Upaya-upaya yang dilakukan untuk pelestarian bangunan candi Setyaki yang telah dilakukan selama ini antara lain; studi teknis, penataan lingkungan awal, pencarian dan susunan percobaan menunjukkan bahwa bangunan candi dapat dipugar kembali. Penataan lingkungan sekitar candi ini pertama kali dilakukan pada tahun 2004. Penataan tersebut untuk menampakkan bagian kaki candi yang terpendam di dalam tanah.

Upaya pemugaran kemudian dilakukan pada tahun 2008 yaitu pembongkaran bangunan candi dan pemugaran kembali hingga bagian kaki candi dan tubuh I. Setelah kegiatan tersebut kemudian dilakukan upaya pencarian dan susunan percobaan bagian tubuh, hasil dari kegiatan tersebut menjadi dasar kegiatan pemugaran bagian tubuh candi Setyaki pada tahun 2010.

Seiring berjalannya waktu dan terjadinya perubahan lingkungan di kawasan Dieng, terutama lingkungan sekitar Candi Setyaki. Perubahan lingkungan tersebut adalah perubahan guna lahan yang pemanfaatannya kurang memperhatikan aspek lingkungan terutama di perbukitan sekitar komplek percandian. Perbukitan di sekitar komplek percandian tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam sayuran. Akibat dari kurangnya memperhatikan aspek lingkungan dalam pemanfaatan lahan menyebabkan terjadinya erosi ketika hujan. Hasil limpahan erosi tersebut salah satunya masuk ke areal sekitar Candi Setyaki, sehingga lingkungan sekitar candi tertutup oleh sedimen lumpur. Kondisi tersebut juga mengakibatkan munculnya genangan air yang menggenangi komplek Candi Setyaki. Selain itu, batu-batu yang dimungkinkan merupakan bagian candi yang telah dikumpulkan pada tahun juga tertutup kembali oleh sedimen lumpur tersebut. Apabila tidak dilakukan penataan lingkungan segera maka dapat mengancam kelestarian Candi Setyaki. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi dasar bagi kegiatan penataan lingkungan di Candi Setyaki pada tahun 2013.