You are currently viewing Candi Ngawen Dan Cerita Sawah

Candi Ngawen Dan Cerita Sawah

Secara administratif Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Kompleks Candi Ngawen yang dibangun sekitar abad IX-X Masehi ini berlatar belakang agama Buddha. Hal ini dibuktikan dengan temuan arca Dhyani Budha Ratna Sambawa di Candi II dan arca Dhyani Budha Amithaba di Candi IV. Di dalam agama Budha Mahayana mengenal kelompok lima Dyani Budha yang menguasai lima arah mata angin. Kelima Dyani Budha tersebut dalam perwujudnya arcanya dapat dikenal pada sikap tangannya yang disebut mudra:

  1. Dyani Budha Aksobya dengan Bhumisparsa mudra (menunjuk bumi sebagai saksi), sebagai penguasa timur
  2. Dyani Budha Ratnasambhawa dengan Vara mudra (sikap memberi anugrah), sebagai penguasa selatan
  3. Dyani Budha Amithaba dengan Dhyana mudra (sikap bersemedi), sebagai penguasa barat
  4. Dyani Budha Amoghasidha, dengan Abhaya mudra (sikap menolak bahaya), sebagai penguasa utara
  5. Dyani Budha Wairochana, dengan Dharma Cakra Mudra (sikap memutar roda dharma), sebagai penguasa zenith.

Berdasarkan sistem lima sistem Dyani Budha tersebut diatas maka Kompleks Candi Ngawen yang terdiri dari lima bangunan candi diperuntukkan bagi Dhani Budha yang berjumlah lima.

Tidak jauh berbeda dengan candi-candi Jawa Tengah yang lain, profil candi Ngawen masih menunjukkan profil klasik Jawa tengah yang terdiri atas : bingkai sisi genta, bingkai setengah lingkaran dan bingkai persegi. Dibandingkan candi Buddha lainnya, ada keunikan tersendiri dari candi ini. Salah satu keunikannya adalah keberadaan 4 buah patung singa di setiap sudut candi II dan candi IV.

Kompleks Candi Ngawen merupakan komplek percandian yang terdiri dari lima (5) buah candi yang berderet sejajar utara-selatan, bangunan candi menghadap timur. Berturut turut dari arah selatan Candi Ngawen I,II,III,IV dan V dengan masing-masing candi berdenah bujur sangkar. Adapun jarak candi satu dengan yang lainnya 4 meter. Candi II dan IV memiliki ukuran dan bentuk konstruksi yang sama. Dari kelima (5) candi yang terdapat di Kompleks Candi Ngawen hanya candi II yang telah dipugar pada tahun 1927 sehingga candi ini mempunyai komponen yang paling lengkap. Empat candi yang lain hanya tinggal kaki.

Jika dilihat dari aspek lingkungannya, Candi Ngawen yang masih dikelilingi area persawahan merupakan salah satu candi di Jawa Tengah yang dapat bercerita tentang sebuah konsep menarik. Keberadaan candi tidak dapat dipisahkan dari area persawahan disekitarnya, Pada jaman dahulu kegiatan ritual dan penyelenggarannya candi didukung oleh hasil dari persawahan di sekitarnya. Biasanya area-area persawahan ini merupakan area Sima atau area yang dibebaskan dari pajak. Pembebasan pajak ini memberi kesempatan masyarakat atau petani pada saat itu untuk menyumbangkan hasil buminya untuk tempat pemujaan dan para pendeta. Sumbangan ini juga merupakan Dharma mereka pada agama.

Candi dan sawah ini dapat diceritakan dengan lebih mudah jika sawah-sawah ini tetap ada. Jika sawah telah berubah tata gunanya mungkin cerita ini hanya dapat ditemukan di buku-buku atau laporan ilmiah. Butuh upaya yang keras untuk mempertahankan sawah-sawah ini tetap ada Selain pemerintah melalui peraturan, masyarakat juga perlu diajak dan dirangkul. Kegiatan-kegiatan masyarakat yang mendukung pelestarian candi dan sawah harus terus dibantu.