You are currently viewing “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian IV Lawang Sewu

“Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian IV Lawang Sewu

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah pada tahun 2019 kembali menerbitkan sebuah buku. Buku ini berjudul “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah”. Buku ini diterbitkan guna memeberikan informasi singkat tentang cagar budaya peringkat nasional berupa bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Buku ini diterbitkan dalam dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Halaman-halaman pada buku ini banyak dipenuhi dengan foto-foto yang diharapkankan dapat menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.

Buku “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian buku ini telah dikirim kepada sekolah, dinas, dan perpustakaan yang telah ditunjuk. Pada saat Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah mengadakan even, buku ini juga akan dibawa dan dibagikan. Bagi sekolah ataupun perpustakaan yang menginginkan buku ini, dapat mengajukan permohonan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah melalui Surat. Bagi masyarakat yang ingin membac secara online juga dapat membaca melalui laman kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng karena materi buku ini akan diunggah bagian perbagian. Selamat membaca.

Lawang Sewu dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, mulai dari 27 Februari 1904 hingga 1 Juli 1907. Lokasi yang dipilih adalah di ujung Jalan Pemuda Semarang (d/h Bodjongweg). Perencanaan pembangunan kantor dipercayakan kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag di Amsterdam.Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 14.216 m2 untuk Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta (Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij-NIS) dan merupakan bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Lawang Sewu was built during the Dutch colonial era (27 February 1904 to 1 July 1907). The location selected was at the end of Jalan Pemuda Semarang (d / h Bodjongweg). The development plan of this building was entrusted to Prof. Jacob F. Klinkhamer and B.J. Ouendag in Amsterdam. It was build upon 14.216 m2 area and intended as the Head Office of the Private Railway Company (Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij-NIS). The building is the initial evidence of railway development history in Indonesia.