You are currently viewing BPCB Jateng Meninjau Temuan Peripih di Boyolali

BPCB Jateng Meninjau Temuan Peripih di Boyolali

Bongkahan batu andesit dan benda diduga pripih ditemukan pertama kali pada di sebuah tegalan di Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Areal tegalan tersebut merupakan tanah kas Desa Ringinlarik dan saat ini sedang dilakukan proyek pembuatan embung/telaga oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Kabupaten Boyolali. Artefak-artefak  ditemukan pada saat menggali tanah sedalam kurang lebih 1,5 meter. Penyelamat artefak diduga pripih adalah Sumardi (42 tahun), warga Dukuh Ringinlarik RT 004 / RW 00, Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Selain kotak beserta diduga pripih ditemukan juga batu-batu berbentuk persegi berjumlah yang cukup banyak dan berserakan karena telah teraduk di sekitar lokasi. Selanjutnya temuan kotak peripih beserta isinya diamankan di rumah Sumardi.

lokperipih

Balai Pelestarian Cagar Budaya segera melakukan peninjauan pada hari Kamis Tanggal 9 Agustus 2016 setelah mendapat informasi mengenai penemuan diduga komponen candi di beberapa media online.

Identifikasi awal adalah bahwa di lokasi tersebut dahulu terdapat bangunan peribadatan. Hasil peninjauan menunjukkan bahwa di lokasi ditemukan banyak batu-batu berbentuk kotak persegi panjang. Dugaan sementara bangunan tersebut tidak memiliki atap, karena dari batu-batu yang ada belum ditemukan indikasi adanya batu komponen penyusun atap seperti antefik, atau ratna. Batu yang ada sebagian memiliki profil namun tidak ditemukan adanya ukiran. Selain batu yang sudah berserakan atau temuan lepas, di lokasi juga ditemukan adanya struktur batu sebanyak 1 (lapis) yang memanjang dan beberapa bagian memiliki profil berbentuk half round atau setengah genta. Setelah adanya temuan tersebut maka proyek pembangunan embung yang berlangsung di sekitar temuan untuk sementara dihentikan.

Kotak peripih ditemukan di bawah tumpukan batu dan tanah berbentuk persegi kemungkinan tutup telah hilang. Di dalam kotak peripih tersebut terdapat 22 buah potongan lempeng logam berwarna kuning keemasan. Masing-masing lempeng terdapat prasasti yang memuat satu buah kata dan ditulis dengan aksara jawa kuno. Dari hasil tinjauan paleografis aksara tersebut merupakan aksara jawa kuno bergaya Jawa Tengahan berasal dari sekitar abad IX-X Masehi. Hasil translkripsi atau alih aksara, prasasti tersebut berisi tentang dewa-dewa dalam agama Hindu dan kata-kata dalam unsur keagamaan. Nama dewa yang termuat dalam prasasti tersebut adalah:

  1. Wisnu
  2. Indra
  3. Isānā
  4. Kuwera
  5. Candra
  6. Nairiti
  7. Kāla
  8. Baruna
  9. Pratiwi
  10. Bayu
  11. Agniya
  12. Yama

Sedangkan kata-kata yang mengandung unsur keagamaan adalah:

  1. Dharma
  2. Karma

(Winda A)