You are currently viewing Benteng Willem II Unggaran

Benteng Willem II Unggaran

Era kolonial di Indonesia yang berlangsung cukup lama telah membentuk, merubah dan meninggalkan sesuatu bentuk kebudayaan. Salah satu bentuk kebudayaan yang ditinggalkan ini adalah bangunan berupa benteng. Jawa Tengah mempunyai beberapa tinggalan berwujud benteng ini. Bangunan ini sangat penting keberadaannya dan perlu dilestarikan karena kenampakan visualnya dapat mengingatkan kita pada masa lalu akan sifat-sifat kepahlawanan dan rasa nasionalisme. Kita akan teringat masa- masa dimana Indonesia dalam keadaan dijajah dan banyak rakyat Indonesia dengan gigih melawannya. Bahkan banyak diantara gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Salah satu bangunan benteng tersebut adalah Benteng Willem II. Benteng ini terletak di tepi jalam besar yang menghubungkan antara Kota Semarang dan Kota Ambarawa. Secara administratif Benteng ini terletak di Kelurahan Unggaran, Kecamatan Unggaran Kabupaten Semarang. Letak ini sangat strategis karena terletak di pingir jalan dan dipusat keramaian Kota Unggaran

Ada beberapa data mengenai kapan benteng ini didirikan. Data pertama ialah angka tahun yang terdapat di bawah architrap pintu gerbang. Dibawah architrap pintu gerbang bagian barat (setelah dikupas) terdapat angka tahun, berupa angka romawi yang dipahat. Angka tahun tersebut terbaca MLCC CD XXI. Data kedua adalah angka tahun yang tertulis dalam papan. Angka tahun yang terdapat di architrap tersebut diatas ditutup dengan papan yang tertulis angka tahun MDCCLXXVI atau tahun 1786.

Benteng Willem II ini sering disebut benteng Diponegoro, karena keberanian menentang dan melawan penguasa Belanda akhirnya Pangeran Diponegoro ditawan di sini, sebelum dikirim ke Semarang – Batavia dan akhirnya dibuang ke Manado.

Sejak tahun 1950 s/d 2006, Benteng Willem II Ungaran dimanfaatkan oleh keluarga kepolisian setempat dan di bawah pengawasan Kapolda Jateng.

Keberadaan Benteng Willem II di Ungaran sebenarnya untuk pengamanan setelah ontran-ontran (geger) China yang berlangsung 1740 – 1743. Benteng Willem II ini semula dimanfaatkan sebagai tempat rapat (entmoeting). Sebagai bukti ialah ketika pada tanggal 11 Mei 1746, Susuhanan Paku Buwono II dan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff bertemu di Ungaran untuk membicarakan realisasi perjanjian Ponorogo. Tahun 1784 – 1786, tempat pertemuan Willem II direnovasi dan diperlebar sampai memiliki luas 1600 m² dan dijadikan sebagai tempat tahanan.