You are currently viewing Bagaimana Candi di Buat

Bagaimana Candi di Buat

Candi merupakan bangunan kuno yang terbuat dari batu, yang biasanya digunakan untuk beribadah atau tempat pendarmaan raja yang hidup di zaman Hindu Buddha. Menurut Soekmono, candi dapat difungsikan sebagai kuil pemujaan, dan apabila dikaitkan dengan makam raja, maka candi merupakan bangunan yang dibuat untuk memuliakan raja atau bangsawan yang sudah wafat. Raja yang sudah wafat biasanya didarmakan dengan bentuk arca dewa yang dianggap menyerupai sang raja tersebut.

Candi memiliki bentuk arsitektur yang berbeda dengan candi di India. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh local genius dibalik pembuatan candi yang megah di Indonesia. Arsitektur candi di Indonesia tidak semuanya sama. Terdapat perbedaan pada candi masa klasik tua dan candi masa klasik muda. Hal ini dapat terlihat dari bahan bangunannya, bentuk atap, gaya arca dan relief pada candi tersebut. Pernyataan di atas menghasilkan sebuah pertanyaan baru, yakni bagaimanakah cara membuat candi? Apa saja tata cara dalam pembuatan candi.

Pembuatan candi didasarkan pada kitab manasara silpasasatra. Kitab ini digunakan oleh sthapati (ahli pembuat candi) dan silpin sebagai pedoman dalam pembuatan candi atau arca. Tahap pembuatan candi dimulai dengan perencanaan bentuk candi, pencarian lokasi, pengujian tanah, penyiapan tanah, pembuatan vastupurusamandala, pembuatan denah, dan pengerjaan fisik.

Perencaan bentuk candi dilakukan untuk menentukan ukuran candi, bentuk, hiasan, dan lain sebagainya. Kemudian pencarian lokasi dilakukan dengan melihat ketentuan yang ada pada kitab manasara, seperti terletak di tempat tinggi dan dekat dengan sumber air (lebih baik jika pertemuan dua sungai). Setelah menentukan lokasinya, selanjutnya dilakukan pengujian tanah. Pengujian tanah dilakukan untuk mengetahui kesuburan tanah dan daya serap tanah. Setelah diuji, tanah kemudian disiapkan dengan diratakan, dibajak, dan disirami.

Langkah selanjutnya dalam pembuatan candi adalah pembuatan vastupurusamandala. Vastupurusamandala dapat diartikan sebagai denah suci (mandala) tempat tumbuhnya intisari (vastu) alam semesta (purusa). Legenda menceritakan dewa Brahma menciptakan sebuah makhluk  kosmik yang besar bernama vastupurusa. Lama kelamaan ia tumbuh teramat pesar dan melahap segala sesuatu di bumi hingga menciptakan gerhana permanen, sehingga para dewa terpaksa membunuhnya. Ketika akan dibunuh, vastupurusa meminta keringanan dan dewa Brahma mengatakan bahwa ia akan disembah oleh setiap makhluk yang membangun struktur di bumi. Mandala yang digambarkan berbentuk bujursangkar dianggap sebagai yantra (alat suci yang dapat menyerap ‘asas utama’). Hal ini menyebabkan candi dianggap tidak berbeda dengan alam semesta, walau dalam bentuk kecil. Setelah pembuatan mandala, kemudian membuat denah sesuai rencana awal dan menempatkan sesuai rencana ruang pada mandala sebagai patokan ukuran. Setelah selesai semua, baru dimulai pengerjaan fisik seperti penumpukan batu perlapis, membuat hiasan, pagar, dan lain-lain.

Candi merupakan bangunan kuno yang terbuat dari batu, yang biasanya digunakan untuk beribadah atau tempat pendarmaan raja yang hidup di zaman Hindu Buddha. Arsitektur candi di Indonesia berbeda dengan arsitektur candi yang berada di India. Bahkan di Indonesia arsitektur candi pun tidak semuanya sama, namun tata cara pembuatannya kurang lebih memiliki langkah yang serupa. langkah pembuatan candi dimulai dengan perencanaan bentuk candi, pencarian lokasi, pengujian tanah, penyiapan tanah, pembuatan vastupurusamandala, pembuatan denah, dan pengerjaan fisik. Dengan mengetahui pentingnya dan kompleksnya pembuatan candi di masa lalu, diharapkan generasi sekarang dapat menjaga warisan-warisan nenek moyang yang masih dapat kita nikmati keindahannya hingga saat ini.

Tulisan dan foto oleh Desfira Ramadhania Rousthesa (Mahasiswa magang sarjana arkeologi UI)