You are currently viewing Dewa Dewi Masa Klasik (10), Wamana Awatara

Dewa Dewi Masa Klasik (10), Wamana Awatara

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah sampai telah menerbitkan buku. Buku-buku ini dibagikan secara gratis kepada masyarakat selama persediaan masih ada. Tak jarang karena persediaan telah habis banyak masyarakat tidak mendapatkan buku terbitan BPCB Jateng yang diinginkan. Salah satu permintaan masyarakat yang cukup tinggi adalah buku Dewa Dewi Masa Klasik yang diterbitkan BPCB Jateng pada tahun 2010. Berdasarkan kenyataan tersebut melalui laman ini akan ditampilkan isi buku Dewa Dewi Masa Klasik yang terbagi dari beberapa bagian.

Wamana awatara adalah awatara Wisnu dalam wujud kurcaci atau orang cebol. Dalam mitologi dikisahkan tentang seorang raja yang bernama Mahabali yang berhasil mengambil hati para dewa, sehingga permintaannya untuk menguasai tiga dunia, yaitu khayangan, bumi, dan dunia bawah, dikabulkan oleh para dewa. Akibatnya, Indra kehilangan kerajaan khayangannya. Melihat hal tersebut Aditi, ibu Indra, memohon kepada Wisnu untuk menolong anaknya dan juga para dewa untuk merebut kembali kerajaannya.

Wisnu kemudian dilahirkan kembali sebagai anak Aditi, adik Indra, dalam wujud wamana atau orang kerdil yang memngemban tugas untuk mengembalikan kekuasaan para dewa. Wamana yang kemudian menjadi brahmana mengabdi kepada Mahabali dan menawarkan korban untuk Wisnu sebagai Yajnapurusa. Mahabali sangat tersanjung atas kehadiran Wamana, sehingga ia berjanji memberikan apapun permintaannya sebagai imbalan. Sang brahmana kemudian meminta tempat seluas tiga langkah untuk bersemadi. Tentu saja permintaan tersebut dikabulkan, dan seketika Wamana berubah menjadi raksasa yang sangat besar yang siap melakukan Triwikrama., yang artinya adalah tiga lankah menguasai dunia. Langkah pertamanya melangkahi kahyangan, yang kedua melangkahi bumi, dan yang ketiga masuk hingga di bawah bumi. Ketiga langkah inilah yang akhirnya berhasil mengembalikan tiga dunia ke tangan para dewa, termasuk kerajaan Indra.

Wamana digambarkan dalam wujud orang kerdil yang memiliki dua tangan, masing-masing memegang kamandalu (kendi) dan chattra (payung). Atribut lainnya adalah cincin rumput kusa yang dipakai di jari ketiga, pustaka (buku), rambutnya diikat dengan tali, memakai anting-anting, dan mengenakan cawat.

Dalam wujud Triwikrama, Wisnu digambarkan sebagai raksasa bertangan empat atau delapan. Bila bertangan empat, maka masing-masing tangannya membawa atribut Wisnu yang terdiri atas sangkha dan cakra. Satu tanganya direntangkan, sedangkan tangan lainnya besikap waramudra. Jika diarcakan dengan delapan tangan, maka lima tangannya, masing-masing membawa sangkha, cakra, gada, dhanu, dan hala. Kaki kirinya diangkat tingngi-tinggi, sebagai tanda dimulainya langkah Triwikrama.

Pada saat melakukan Triwikrama, Wisnu didampingi oleh sejumlah tokoh, Indra memegang payung, Wayu dan Waruna memegang camara, di atasnya ada matahari dan bulan, bersama dengan Sanyasa, Sanaka, dan Sanat Kumara. Brahma memegang kaki Wisnu yang terangkat dan membasuhnya dengan air dari kamandalu. Siwa duduk sedikit di atas pusar Triwikrama, kedua tangannya bersidekap. Rakshasha Namuchi berdiri di dekat kaki Triwikrama, tangannya juga bersidekap. Di sebelah kiri, tampak Garuda telah mengalahkan Sukracharya. Di sebelah kanan, Wamana berdiri sambil menggenggam payungnya dan menunggu hadiah dari Raja Bali. Raja Bali berdiri membawa perahu dari emas, sebagai hadiah.

Penggambaran Wamana awatara pada periode Jawa Tengah Kuna ditemukan di Sumur Bandung, Prambanan. Namun penggambarannya memiliki perbedaan dengan yang dikemukakan dalam mitologi Wamana Awatara. Wamana Sumur Bandung ini digambarkan dengan dua tangan, tetapi tidak ada atribut Wisnu sama sekali, bandingkan dengan yang terdapat di India Timur. Kaki Wamana diangkat tinggi-tinggi, sebagai simbol Triwikrama. Di bawah kakinya yang diangkat, bersimpuh seorang wanita dengan sikap menyembah, kemungkinan tokoh wanita ini adalah Aditi (Buku Dewa Dewi Masa Klasik terbitan BPCB Jateng).

Sumber: Buku Dewa Dewi Masa Klasik Terbitan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah

wamanaWamana Awatara, India Timur (Repro: Blurton, 1992)