You are currently viewing Arca-Arca di Candi Cetha, Ini Penjelasannya

Arca-Arca di Candi Cetha, Ini Penjelasannya

Kompleks Candi Cetha terletak di lereng sebelah Barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Cetha, Kelurahan Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karananyar, Propinsi Jawa Tengah. Area ini berjarak sekitar 10 Km ke arah timur laut dari kompleks Candi Sukuh.  Kompleks Candi Cetha menempati lahan dengan panjang 190 M dan lebar 30 M pada ketinggian 1496 M diatas permukaan laut.

Candi Cetha mirip dengan Candi Sukuh dimana ciri-ciri bangunan prasejarah Indonesia sangat kental yang ditampakkan melalui bangunan kompleks candinya yang berteras mirip punden berundak. Kompleks Candi Cetha memiliki 13 terus yang disusun meninggi ke arah puncak dan menghadap ke barat. Masing-masing teras berupa halaman yang dibatasi oleh pagar dan tangga menuju ke teras di belakangnya. Pada kondisi aslinya hampir tiap-tiapteras meliki arca dan bangunan-bangunan terbuka seperti pendopo dengan kerangka kayu.

Arca-arca yang berwujud manusia belum dapat diidentifikasi satu persatu. Secara umum arca-arca ini tidak menunjukkan ciri-ciri dewa tertentu. Selain itu terdapat pula arca-arca bebentuk binatang dan bentuk- bentuk lain yang mirip dengan yang ada di Candi Sukuh.

Bentuk pengarcaan pertama menggambarkan cerita Samudramanthana dan Garudeya pada teras VII. Tokoh-tokohnya adalah garuda dan kura-kura yang diwujudkan dengan susunan batu di atas tanah membentuk kontur burung yang sedang mengembangkan sayapnya. Diatasnya terdapat arca kura-kura. Selanjutnya terdapat arca phallus (kelamin laki-laki) dan vagina (alat kelamin wanita). Arca ini disatukan dengan bentuk garuda. Arca phallus (kelamin laki-laki) dan vagina (alat kelamin wanita) merupakan Lingga dan Yoni (simbol Siwa dan Saktinya) yang dapat diartikan sebagai sebuah permulaan dan simbol kesuburan.

Pengarcaan selanjutnya berbentuk sengkalan memet (tahun yang digambarkan dengan binatang dan tumbuhan) yang berupa tiga ekor katak, mimi, ketam, seekor belut dan 3 ekor kadal. Menurut Bernet Kempers, arca ketam, belut, dan mimi merupakan sengkalan yang berbunyi welut (3), wiku (7) anaut (3) iku=mimi (1), sehingga ditemukan angka tahun 1373 Saka atau 1451 M.

Blok-blok batu runtuhan bangunan pada teras VII terdapat relief yang menggambarkan tokoh, namum hingga kini belum dapat diungkap cerita apakah yang di pahatkan dibatu-batu tersebut.

Latar belakang Agama Candi Ceto adalah Hindu yang didasarkan arca-arca yang menggambarkan cerita Samudramanthana dan Garudeya. Kedua cerita tersebut merupakan mitos-mitos Agama Hindu. Dalam kisah Samudramanthana diceritakan taruhan antara kedua istri Kasyapa yaitu Kadru dan Winata pada pengadukan lautan susu untuk mencari air amarta atau air kehidupan.. Kadru menebak bahwa ekor kuda pembawa air amarta yang akan keluar dari lautan susu berwarna hitam, sedangkan Winata menebak ekor kuda itu berwarna putih. Ternyata kuda yang membawa air amarta berwarna putih. Tetapi anak-anak Kadru yang berwujud ular menyemburkan bisanya sehingga warna ekornya berubah menjadi hitam. Walupun bertindak curang Kadru menang dalam taruhan. Kemudian Winata dijadikan budak oleh Kadru.

Selanjutnya diteruskan dengan cerita Garudeya yang berisi pembebasan Winata oleh anaknya, Garuda. Ia menemui para ular minta ibunya dibebaskan dari budak Kadru. Mereka setuju asal garuda dapat menukarnya dengan air amarta. Garuda pergi ke tempat penyimpanan air amarta dan mencurinya dari penjagaan para dewa. Air tersebut diserahkan kepada para ular.Akhirnya Winata dibebaskan dari perbudakan Kadru.

Berdasarkan simbol-simbol dan mitologi yang ditampilkan oleh arca-arcanya, fungi Candi Ceto merupakan tempat dimana dilaksanakannya ritual peruwatan atau tempat untuk membebaskan orang dari kutukan karena melakukan kesalahan-kesalahannya. Setelah diruwat orang menjadi suci kembali seperti baru dilahirkan.

Arca garuda dan kura-kura dimaksudkan untuk menjelaskan cerita Samudramanthana dan Garudeya yang mengisahkan tentang kutukan dan pembebasannya. Arca phallus dan vagina dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau dalam hal ini adalah kelahiran kembali setelah dibebaskan dari kutukan.