5 Hal yang Dilakukan Pencari Batu Jika Tidak Menemukan Batu yang Dicari

Pencari batu merupakan profesi yang berperan penting dalam sebuah kegiatan pemugaran. Ibarat dikata tanpa mengecilkan peran profesi lain, sebuah kegiatan pemugaran tidak akan bisa jalan tanpa mereka. Seperti kita ketahui bersama bahwa sebagian besar candi di Jawa Tengah ditemukan dalam keadaan runtuh. Banyak komponen bangunan yang berupa batu tersebar dan tercampur. Sebelum kegiatan pemugaran berlangsung batu-batu ini perlu dicari karena salah satu prinsip pemugaran adalah sebuah candi dapat dipugar jika 60 % batu asli ditemukan. Ibarat menyusun sebuah puzzle raksasa, para pencari mencoba menemukan dan mencoba menyusun batu kembali. Tugas mereka semakin berat jika candi yang dipugar merupakan bagian dariĀ  sebuah kompleks. Para pencari ini harus hafal setiap detail bangunan candi batu per batu dan menurut pengakuan mereka setiap candi punya karakter batu sendiri atau serupa tapi tak sama. Bayangkan di Kompleks Candi Sewu misalnya terdapat 249 Candi dan rata-rata setiap candi Perwara memiliki kurang lebih 1300 batu kulit, berapa banyak batu yang harus para pencari batu hafalkan. Jawabanya sangat pasti sangat banyak. Mereka tidak pernah mengunakan catatan apalagi dengan gambar di komputer. Hanya ingatan di kepala yang mereka andalkan.Setiap tahunnya Candi Sewu dapat memugar satu Candi Perwara. Para pencari ini bekerja cukup keras menggunakan ingatan dan fisik mereka. Pada saat mereka menemukan batu yang dicari pastilah sangat dramatis. Tapi pernahkah mereka menghadapi situasi dimana batu yang mereka cari tidak kunjung ditemukan? Apa yang mereka lakukan jika situasi ini terjadi. Inilah rangkuman penuturan bapak Saino dan Bapak Rabiman jika batu yang mereka cari tidak kunjung ditemukan:

1. Diam sembari mengingat-ingat kembali

Para pencari batu sangat mengandalkan ingatan. Mereka yang berprofesi pencari batu merupakan orang-orang yang sangat kuat dalam mengingat. Mereka tidak mempunyai catatan tertulis. Semua detail batu, posisi batu, karakter batu mereka rekam dalam otak mereka. Jika diamati pada saat-saat tertentu mereka diam dan duduk. Pada saat-saat itu mereka sebenarnya otak mereka bekerja keras mengingat-ingat sesuatu.

2. Diskusi dengan Kolega

Profesi pencari batu merupakan profesi sangat jarang dan bukan sembarang orang. Mereka adalah orang2 terpilih. Keinginan menjadi pencari batu biasanya timbul dari dalam hatinya. Hal-hal ini menjadikan mereka sangat dekat satu sama lain. Mereka sering berdiskusi, tukar pikiran dan berkeluh kesah bersama. Terkadang mereka juga mengingat-ingat bersama. Saat inilah yang dapat membantu mereka menemukan batu.

3. Membongkar tumpukan Batu

Candi-candi yang runtuh biasanya batunya berserkan dan tercampur saru sama lain. Terkadang batu -batu ini tertutup batu lain dan juga terpendam. Walaupun membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, para pencari batu ini membongkar tumbukan batu ini untuk mendapatkan batu yang mereka cari.

4. Menghibur diri

Menghibur diri merupakan hal yang dilakukan pencari batu berikutnya jika mereka tak kunjung menemukan batu yang mereka cari. Ada berbagai cara untuk menghibur diri seperti bernyanyi, bulutangkis, bergurau dengan kolega, berwisata danĀ  makan enak. Prinsip mereka jangan sampai pikiran mereka terganggu dan terpaksa masuk ke rumah sakit jiwa karena pekerjaan.

5. Mengasingkan diri

Hal ini dilakukan oleh beberapa pencari batu yang menyakini bahwa ada kekuatan lain diluar mereka yang dapat membantu mereka mencari batu. Mereka mencari tempat-tempat hening, berpuasa, bergadang di candi semalam suntuk dan masih banyak lagi. Terkadang usaha mereka membuahkan hasil. Lewat mimpi dan penampakan mereka dituntun menuju batu yang mereka cari. Bapak Rabiman berkisah saat berada di Kompleks Candi Sewu pada malam hari melihat dengan seorang nenek membawa tongkat menunjukkan arah tertentu dan kemudian menghilang secara gaib. Setelah diperiksa ternyata batu-batu yang dicari tepat berada di lokasi yang ditunjuk nenek tersebut (D.J).

_PIN9683_Med

(Reruntuhan di Candi Sewu Ibarat Puzzle Raksasa)