Hubungan Damai Dijembatani Agama

Sriwijaya bukan cuma dikenal sebagai kerajaan besar saja. Nama Sriwijaya juga sering disebut-sebut dalam berita asing sebagai pusat peradaban dan pengetahuan Buddhis. Bhiksu terkenal Tiongkok, I-tsing, pernah mengatakan, di Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi, terdapat perguruan tinggi agama Budhha yang cukup baik, dengan lebih dari 1.000 orang bhiksu. Selain memberi pengajaran agama Buddha, para bhiksu itu juga melakukan penelitian dan mempelajari ilmu-ilmu yang ada. Masih menurut I-tsing, sebelum belajar Buddhisme ke Nalanda, India, sebaiknya singgah dulu dua atau tiga bulan di Sriwijaya untuk mendalami pengetahuan agama Buddhia dan mempelajari Bahasa Sanskerta. Di kawasan Asia saat itu memang ada dua pusat studi agama Buddha yang sangat terkenal, yaitu di Nalanda dan Sriwijaya sendiri. Keduanya memiliki hubungan istimewa yang tercatat
dalam sejarah. Sebagaimana dituliskan dalam Prasasti Nalanda (abad ke-9 Masehi), Raja Dewapaladewa —dari Dinasti Pala, India— memberi izin kepada raja Sriwijaya, Balaputeradewa, untuk mendirikan asrama di kompleks wihara Nalanda. Permintaan Balaputeradewa agar Dewapala-
dewa membebaskan pajak bagi beberapa desa di sekitar Nalanda, demi pemeliharaan asrama tersebut, juga dikabulkan. Hubungan damai yang dijembatani oleh agama ini tetap terus berlangsung hingga ke masa-masa berikutnya.