Situs Megalitik Dusun Tuo terletak di perbukitan dengan ketinggian tidak kurang dari 800 meter dari permukaan laut. Tinggalan megalitik berbentuk silindrik ini terbuat dari batuan metamorfik dengan orientasi arah hadap ke Gunung Hulu Nilo.  Memiliki motif hias berupa lingkaran bulatan  menonjol, yang masing-masing berjumlah lima buah di kedua ujungnya yang antar bundaran terdapat relief timbul berupa tetesan air. Pada permukaan atas terdapat enam pahatan manusia dengan sikap kangkang yang digambarkan bersambungan seolah-olah yang satu menyangga yang lain. Pada bagian tengah terdapat kotak bujursangkar dan lebih kedalam berbentuk bulat yang diapit kedua kaki dari dua figur manusia kangkang. Selain itu, pada salah satu ujung batu silindrik ini terdapat pahatan wajah manusia yang menyerupai topeng.

Motif Hias pahatan Situs Megalitik Dusun Tuo yang kini mulai aus

Pemaknaan terhadap motif hias manusia kangkang dibuat untuk maksud religius. Manusia kangkang pada dasarnya mempunyai maksud yang sama dengan manusia jongkok. Posisi seperti ini bertujuan agar dapat memperlihatkan kemaluan yang pada masa itu dimaknai sebagai pusat kekuatan semesta. Oleh karena itu, motif pahatan manusia kangkang  pada Situs Megalitik Dusun Tuo dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memperoleh kekuatan gaib yang berasal dari gunung. Adapun pahatan wajah manusia pada prinsipnya ditorehkan pada suatu bidang yang mudah terlihat. Penempatan ini mempunyai maksud tertentu yaitu apabila ada bahaya atau kekuatan jahat yang datang dari luar maka akan berhadapan dengan topeng/wajah yang dapat menghancurkan dan menaklukan pengaruh jahat.

Beberapa ahli berpendapat bahwa di Situs megalit Dusun Tuo terdapat pemukiman kuno yang mengelilingi situs tersebut.  Hal ini juga didukung dengan temuan pecahan wadah gerabah di sekitar situs ini. Pemukiman kuno tersebut dikelilingi oleh parit buatan selebar enam meter yang terletak di sebelah timur hunian. Parit buatan tersebut berfungsi sebagai pagar pelindung untuk mencegah serangan maupun ancaman dari pihak luar. Pada tahun 1994, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu menamakan Situs Megalitik Dusun Tuo ini sebagai Situs Megalitik Pratintuo yang berasal dari sebuah nama marga yang terdiri dari enam desa.