Menurut keterangan warga setempat bahwa di desa ini duhulu pernah ditemukan dolmen, berkaki yang biasa disebut dengan tangga balai” dan terletak di depan sekolah dasar negeri, namun saat ini dolmen sudah ditimbun di bawah rumah salah seorang penduduk. Entah kenapa dolmen ini ditimbun, tidak begitu jelas alasan yang disampaikan oleh informan yang kami temui saat itu.

Disebutkan bahwa pemilik tanah terdahulu menjualnya kepada orang lain dan bukan penduduk setempat, lalu pemilik tanah yang sekarang menganggap onggokan batu itu tidak memiliki arti apa-apa, malahan menganggu kegiatan pembangunan rumahnya, maka dibenamkan saja dolmen itu ke dalam tanah. Demikian sepintas keterangan yang dapat diketahui dari penduduk setempat terhadap nasib dolmen tersebut. Tim kemudian bergerak ke tengah kampong, tidak terlalu jauh dari lokasi dolmen terpendam itu, terdapat sebuah batu besar yang terletak di dalam sebidang tanah tanpa rumah. Menurut keterangan ibu yang menemani blusukan kami, bahwa setahun yang lalu di lokasi yang dikunjungi itu terjadi kebakaran dan menghanguskan bangunan rumah panggung yang terdapat di dalam lokasi tersebut. Secara seksama lalu mengamati bongkah batu itu dan memperoleh ciri-ciri bentuk mendekati bangunan sebuah dolmen. Semakin diamati dan diteliti morfologi batuannya maka semakin jelas ciri-ciri dari sebuah dolmen. Ketidak jelasan dari bentuk dolmen ini, lebih disebabkan oleh kondisi batuan yang telah pecah di beberapa bagian permukaan, mungkin akibat peristiwa kebakaran yang pernah terjadi di lokasi tersebut, tetapi beberapa ciri masih dapat dikenali seperti permukaan batu agak datar menyerupai meja dengan ukuran yang cukup besar. Pada sekitar dolmen ini terdapat 4 buah batu dengan ukuran yang lebih kecil. Dari pengamatan menunjukkan suatu susunan batu dengan pola penempatan batu membentuk persegi empat, maka dapat diduga bahwa pola seperti yang ditampakkan itu adalah disebut dengan istilah tetralit.

Temuan lain baik yang ditunjukkan oleh penduduk setempat maupun yang diperoleh tim di sekitar bangunan dolmen, yaitu adanya pecahan keramik, alat-alat pertanian berupa lumpang kayubatu bulat menyerupai bentuk bola kaki milik seorang penduduk yang ditemukan di dalam halaman belakang rumahnya. Bola batu tersebut kemungkinan merupakan batuan tufa purba yang merupakan muntahan dari gunung berapi yang meletus ribuan tahun yang lampau.

Bersambung…

(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)